Jumat, 21 Oktober 2011

Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif



Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif  Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Turunan Kelas XI IPA Di SMA Negeri 15 Palembang.
  1. Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini arus informasi mengalir deras seolah tanpa hambatan, menghantarkan ke suasana kehidupan semakin rumit (complicated), cepat berubah dan sulit diprediksi (unpredictable). Kondisi ini membawa persaingan yang sangat ketat untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
Agar dapat menghadapi kondisi seperti di atas, pendidikan (khususnya pembelajaran matematika) harus memberi bekal yang cukup pada generasi penerus bangsa. Mereka harus dibekali dengan berbagai kemampuan yang handal, antara lain kemampuan memperoleh, menganalisis dan mengolah informasi dengan cermat serta kemampuan memecahkan masalah. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, pengajaran matematika di sekolah harus didesain sedemikian rupa sehingga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menumbuh kembangkan kemampuan mereka secara maksimum.
Muhibbin (1999 : 130) Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dibidang pendidikan adalah dengan melihat prestasi belajar disekolah. Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak factor yang menentukan keberhasilan study seseorang, yaitu inteligensi, kepribadian, motivasi, lingkungan keluarga, lingkungan teman, dan lain-lain.
Di SMA Negeri 15 Palembang pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran klasikal maupun individual secara langsung. Pada pembelajaran secara klasikal dengan isi kelas yang mencapai 40 orang siswa yang heterogen sering kali terjadi ketimpangan. Kemampuan individu menjadi kurang berkembang terutama untuk siswa dengan kemampuan yan minimum.
Uno, (2006) Kemampuan seseorang dalam menyerap informasi atau pelajaran berbeda tingkatannya. Ada siswa yang cepat, sedang, bahkan lambat dalam menyerap pelajaran.
Uno, (2003) Menjelaskan lebih jauh bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dan interaksi dengan lingkungannya.
Untuk menyelaraskan kemampuan siswa serta mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika diperlukan model pembelajaran kooperatif. Menurut Abdurahman (2003:1222), interaksi kooperatif menuntut semua anggota dalam kelompok belajar dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru tetapi juga sesame mereka.
Menurut Johnson (2007:166), setiap bagian kelompok saling berhubungan sedemikian rupa sehingga pengeahuan yang dipunyai seseorang akan menjadi output bagi yang lain dan sebaliknya. Jika setiap individu berbeda membangun dengan cara seperti ini, mereka membentuk kesatuan system yang lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang bekerja sendirian.
Dengan pembelajaran model kooperatif diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai efektifitas model pembelajaran kooperatif  ditinjau dari motivasi belajar siswa pada pokok bahasan turunan siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 15 Palembang.
  1. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah:
                                                1.      Pada pembelajaran kooperatif apakah hasil belajar matematika siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik daripada sedang dan siswa dengan motivasi belajar sedang  lebih baik daripada siswa dengan motivasi belajar rendah.
                                                2.      Pada siswa dengan motivasi belajar tinggi, manakah yang memberikan hasil belajar matematika lebih baik, model pembelajaran kooperatif  atau model pembelajaran langsung.
                                                3.      Pada siswa dengan motivasi belajar sedang, manakah yang memberikan hasil belajar matematika lebih baik pembelajaran model kooperatif  atau model pembelajaran langsung.
                                                4.      Pada siswa dengan motivasi belajar rendah, manakah yang memberikan hasil belajar lebih baik model pembelajaran atau model pembelajaran langsung.
  1. Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran kooperatif ditinjau dari motivasi siswa.
2.      Untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran kooperatif pada siswa dengan motivasi belajar tinggi dibandingkan dengan pembelajaran langsung.
3.      Untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran kooperatif  pada siswa dengan motivasi belajar sedang dibandingkan dengan pembelajaran langsung.
4.      Untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran kooperatif  pada siswa dengan motivasi belajar rendah dibandingkan dengan pembelajaran langsung.
  1. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswa, guru dan sekolah.
a.       Bagi siswa, dapat meningkatkan motivasi serta kemampuan dalam pembelajaran matematika.
b.      Bagi guru, sebagai masukan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah.
c.       Bagi sekolah, dapat menerapkan model pembalajaran kooperatif  dalam kegiatan pembelajaran lainnya serta dapat meningkatkan mutu pendidikan.
  1. Tinjauan Pustaka
F.1  Hakikat Pembelajaran Matematika
         Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan pengembangan daya piker manusia. Oleh sebab itu, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta mempunyai kemampuan bekerjasama sehingga ia mampu menghadapi tantangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Dalam hal ini pemerintah melalui Dinas Pendidikan Nasional terus berupaya mengembangkan system pembelajaran matematika di sekolah melalui pengembangan dan pembaharuan kurikulum pembelajaran matematika.
         Tujuan mata pelajaran matematika dalam KTSP (2006:346) adalah sebagai berikut :
                              1.      Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat, dalam pemecahan masalah.
                              2.      Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi metematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
                              3.      Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
                              4.      Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
                              5.      Memiliki sikap menghargai kegunaan metematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Adapun hakikat pembelajaran matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta symbol-simbol kemudian diterapkannya pada situasi nyata.
F.2  Hakikat Motivasi Belajar Siswa
                  Motivasi diturunkan dari kata “motif” maksudnya suatu keinginan untuk melakukan sesuatu. Motivasi dalam hal itu adalah suatu persiapan untuk mengembangkan suatu motif. Motivasi merupakan salah satu prasyarat yang amat penting dalam belajar.
Margon dalam Wasty (2006 : 203) mengemukakan motivasi sebagai dorongan individu untuk menampilkan tingkah laku yang diarahkan untuk mencapai tujuan.
Uno (2009 : 203) mengemukakan bahwa hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk menyadari perubahan tingkah laku.
Indicator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
(1)         Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
(2)         Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
(3)         Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
(4)         Adanya penghargaan dalam belajar.
(5)         Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
(6)         Adanya keinginan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
F.3. Hakikat Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang akhir-akhir ini sangat popular. Beberapa ahli mengatakan pembelajaran kooperatuf tidak hanya unggul membantu siswa memahami konsep-konsep yang sangat sulit, tetapi juga membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama, berfikir kritis dan mengembangkan sikap
Berdasarkan hasil penelitian Thompson (Slavin, 1995) Pembelajaran kooperatif mempunyai manfaat antara lain:
                              1.      Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas.
                              2.      Meningktakan rasa harga diri.
                              3.      Memperbaiki sikap terhadap mata pelajaran, guru, dan sekolah.
                              4.      Memperbaiki kehadiran.
                              5.      Saling memahami adanya perbedaan individu.
                              6.      Mengurangi konflik pribadi.
                              7.      Mengurangi sikap apatis.
                              8.      Memperdalam pemahaman.
                              9.      Meningkatkan motivasi.
                          10.      Meningkatkan hasil belajar.
                          11.      Memperbesar refensi.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan masalah tugas  kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran.
Menurut Linda Lundgren (1994 : 5) Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah:
(1)   Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama.
(2)   Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari suatu materi.
(3)   Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
(4)   Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara para anggota kelompok.
(5)   Para siswa akan diberikan satu evaluasi seluruh anggota kelompok.
(6)   Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar.
(7)   Para siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangai dalam kelompok kooperatif.
Berikutnya Linda Ludgren (1994 : 6) menyatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki banyak dampak yang amat positif untuk siswa yang rendah hasil bbelajarnya.
F.4. JIGSAW
Jigsaw telah dikembangkan dan di ujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, lalu dipakai oleh Slavin dan rekannya di Universitas John Hopkins.
Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi dengan 5 atau 6 anggota kelompok belajar heterogen. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks dan srtiap siswa mempunyai tanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan itu.
Para anggota terdiri dari tim-tim yang berbeda dengan topic yang sama bertemu untuk diskusi (antar ahli), saling membantu sama lain tentang topic yang ditugaskan pada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali ke tim atau kelompoknya masing-masing untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya.
R.I.Arends (1997) dalam model jigsaw, setiap anggota yang ditugaskan kepadanya lalu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kemompoknya yang lain.
G. Metodelogi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian eksperimen semu. Sample penelitian diperoleh dengan Cluster Ramdom Sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan angket motivasi belajar siswa, kajian dokumen sekolah dan tes hasil belajar matematika.











Daftar Pustaka



Abdurrahman, Mulyo, 2003. Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Uno, Hamzah B, 2009. Model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Uno, Hamzah B, 2009. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara
Depdiknas, 2003. Model Pembelajaran Matematikan Dengan Pendekatan Kooperatif.
            Di akses : 2 Oktober 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar