MODEL-MODEL DESAIN
PEMBELAJARAN
A. DIRECT INSTRUCTION (MODEL PEMBELAJARAN
LANGSUNG)
Direct instruction atau
directive instruction, dalam bahasa Indonesia menjadi pembelajaran langsung,
yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur
dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah
demi selangkah (Arends dalam Trianto, 1997; 29).
Karakteristik Pembelajaran
Langsung
Salah satu karakteristik dari suatu model pembelajaran adalah adanya
sintaks atau tahapan pembelajaran. Di samping harus memperhatikan sintaks, guru
yang akan menggunakan model pembelajaran langsung juga harus memperhatikan
variable-variabel lingkungan lainnya, yaitu fokus akademik, arahan dan kontrol
guru, harapan yang tinggi untuk kemajuan siswa, waktu, dan dampak netral dari
pembelajaran. Fokus akademik diartikan sebagai prioritas pemilihan tugas-tugas
yang harus dilakukan siswa, selama pembelajaran, aktivitas akademik harus
ditekankan. Pengarahan dan kontrol guru terjadi ketika guru memilih tugas-tugas
siswa dan melaksanakan pembelajaran, menentukan kelompok, berperan sebagai
sumber belajar selama pembelajaran, dan meminimalisasikan kegiatan non akademik
di antara siswa. Kegiatan pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan
sehingga guru memiliki harapan yang tinggi terhadap tugas-tugas yang harus
dilaksanakan oleh siswa.
Sintaks Model Pembelajaran Langsung
Fase
|
Peran Guru
|
1. Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa |
Menjelaskan tujuan, materi prasyarat,
memotivasi siswa dan mempersiapkan siswa
|
2. Mendemonstrasikan
pengetahuan danketrampilan |
Mendemonstrasikan ketrampilan atau
menyajikan informasi atau menyajikan informasi tahap demi tahap
|
3. Membimbing pelatihan
|
Guru memberikan latihan terbimbing
|
4. Mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik |
Mengecek kemampuan siswa dan memberikan
umpan balik
|
5. Memberikan latihan dan
penerapan konsep |
Mempersiapkan latihan untuk siswa dengan
menerapkan konsep yang telah dipelajari pada kehidupan sehari-hari
|
- COOPERATIVE LEARNING (PEMBELAJARAN KOOPERATIF)
Pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system
pengelompokan/tim kecil,yaitu antara empat antara enam orang yang mempunyai
latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,rasa tau suku yang
berbeda.Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok,setiap kelompok akan
memperoleh penghargaan atau reward,jika kelompok mampu menunjukkan prestasi
yang dipersyaratkan.Dengan demikian setiap anggota kelompok akan mempunyai
ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan
memunculkan tanggungjawab individu terhadap kelompok dan ketrampilan
interpersonal dari setiap anggota kelompok.
Fase-fase Model
Pembelajaran Kooperatif :
Fase
|
Indikator
|
Aktivitas Guru
|
1
|
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
|
2
|
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
|
3
|
Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar
|
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi efisien
|
4
|
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mengerjakan tugas
|
5
|
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya
|
6
|
Memberikan penghargaan
|
Guru mencari cara untuk menghargai upaya
atau hasil belajar siswa baik individu maupun kelompok.
|
Beberapa Variasi Dalam Model Cooperative Learning dan
perbandingannya
Pendekatan
Unsur |
STAD
|
Jigsaw
|
Kelompok Penyelidikan
|
Pendekatan Struktur
|
Tujuan Kognitif
|
Informasi akademik sederhana
|
Informasi akademik sederhana
|
Informasi akademik tingkat tinggi dan
keterampilan inkuiri
|
Informasi akademik sederhana
|
Tujuan Sosial
|
Kerjasama dalam kelompok
|
Kerjasama dalam kelompok
|
Kerjasama dalam kelompok kompleks
|
Keterampilan kelompok dan sosial
|
Struktur Kelompok
|
Kelompok heterogen dengan 4-5 orang
|
Kelompok heterogen dengan 5-6 orang dan
menggunakan kelompok asal dan kelompok ahli
|
Kelompok homogen dengan 5-6 orang
|
Kelompok heterogen dengan 4-6 orang
|
Pemilihan topik
|
Oleh guru
|
Oleh guru
|
Oleh siswa
|
Oleh guru
|
Tugas utama
|
Menggunakan LKS dan saling membantu untuk
menuntaskan materi
|
Mempelajari materi dalam kelompok ahli
dan membantu kelompok asal mempelajari materi
|
menyelesaikan inkuiri kompleks
|
Mengerjakan tugas yang diberikan baik
social maupun kognitif
|
Penilaian
|
Tes mingguan, jenis tes biasanya berupa
kuis
|
Bervariasi, misal tes mingguan, jenis tes
biasanya berupa kuis
|
Menyelesaikan proyek dan menulis laporan.
|
- PROBLEM BASED INSRUCTION (PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH)
Model
pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) disebut juga Pembelajaran
Berdasarkan Masalah. Model pembelajaran ini mengangkat satu masalah
aktual sebagai satu pembelajaran yang menantang dan menarik. Peserta didik
diharapkan dapat belajar memecahkan masalah tersebut secara adil dan obyektif.
Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
- Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan.
- Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang telah dipilih.
- Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
- Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan masalah
- Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
- Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
- Kesimpulan/Penutup.
D. PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL
Strategi Pembelajaran Kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan
memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya
dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari
(konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer)
dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan / konteks lainnya. Pendekatan
kontektual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna
bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam kelas
kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih
banyak berurusan dengan strategi daripada member informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan
sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola
dengan pendekatan kontekstual Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching
and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism),
bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat
belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Langkah-langkah CTL
CTL dapat
diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang
bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis
besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut.
a. Kembangkan pemikiran
bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Ciptakan masyarakat belajar.
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Ciptakan masyarakat belajar.
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Karakteristik Pembelajaran CTL
1)
Kerjasama.2) Saling menunjang.3)
Menyenangkan, tidak membosankan.4) Belajar dengan bergairah.5) Pembelajaran
terintegrasi.6) Menggunakan berbagai sumber.7) Siswa aktif.8) Sharing dengan
teman.9) Siswa kritis guru kreatif.10) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan
hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain.11) Laporan
kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
pratikum, karangan siswa dan lain-lain
E. PEMBELAJARAN
DENGAN INKUIRI
Inkuiri
berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat,
dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan
penyelidikan. Ia menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk
memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual
(kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika
berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara
untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu.
Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga
jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya
bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan
inkuiri tersebut adalah:
1. Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan
inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi
pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif
dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri
terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan
pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada
bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep
pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang
relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara
individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara
mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar
berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap
awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya,
bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri
secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan
diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep
pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui
lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru
harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan
memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan oleh
siswa.
2. Inkuiri Bebas (free inquiry approach).
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi
siswa yang telah berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam
pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti
seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk
diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang
prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru
sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu
keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam
memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif pemecahan
masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka
mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan
cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari
masalah yang diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini
mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: 1) waktu yang diperlukan untuk
menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan
dalam kurikulum, 2) karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri
permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di
luar konteks yang ada dalam kurikulum, 3) ada kemungkinan setiap kelompok atau
individual mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang
lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa, 4) karena topik yang
diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan kelompok
atau individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok
atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang
diharapkan.
3. Inkuiri Bebas yang
Dimodifikasikan ( modified free inquiry
approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau
modifikasi dari dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri
terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan
dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan
kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat
memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa
yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk
dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih
sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru
membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara
mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya.
Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka
bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh
yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan
siswa dalam kelompok lain.
F. MODEL PEMBELAJARAN PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW)
Strategi PQ4R merupakan salah satu teknik
belajar yang dikenal untuk membantu siswa memahami dan mengingat materi yang
mereka baca. Strategi PQ4R ini terdiri dari 6 langkah, yaitu Preview, Question,
Read, Reflect, Recite, dan Review. Pengajaran langsung merupakan suatu
pendekatan mengajar yang mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh
informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Strategi PQ4R dalam
model pengajaran langsung adalah pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar untuk membantu siswa dalam memahami dan mengingat materi yang
dibaca serta melatih strategi belajar, yaitu menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa; mendemonstrasikan keterampilan strategi PQ4R; membimbing
pelatihan strategi PQ4R yaitu mepreview, membuat pertanyaan (question), membaca
materi (read), refleksi (reflect), tanya jawab (recite), dan mengulang
(review); melakukan pemahaman dan umpan balik; serta memberikan kesempatan
untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
REFERENSI
Suherman, E. Dkk (2001). Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung. JICA
Trianto, 2007. Model-Model
Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik. Konsep, landasan
teoritis-praktis dan implementasinya, Jakarta: Prestasi Pustaka.
BAGUS SANGAT MEMBANTU
BalasHapusAlhamdulillah...terima kasih, salam kenal Mbak Felda...
Hapus