Latar
Belakang
Pembelajaran Kooperatif
Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”. Ini berarti bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya mengedepankan pemanfaatan kelompok-kelompok siswa. Prinsip yang harus dipegang teguh dalam kaitan dengan kelompok kooperatif adalah setiap siswa yang ada dalam suatu kelompok harus mempunyai tingkat kemampuan yang heterogen (tinggi, sedang dan rendah) dan bila perlu mereka harus berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta mempertimbangkan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif bertumpu pada kooperasi (kerjasama) saat menyelesaikan permasalahan belajar yaitu dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Sebuah model pembelajaran dicirikan oleh adanya struktur tugas belajar, struktur tujuan pembelajaran dan struktur penghargaan (reward). Dalam kaitan dengan model pembelajaran kooperatif, maka tentu saja struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran ini tidak sama dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.
Model Pembelajaran Topi Pintar
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2007). Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode classroom action research atau penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai “aksi” atau tindakan yang dilakukan oleh guru/peneliti, mulai dari perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan (Depdiknas, 2003).
Teknik Pengumpulan Data
Rencana Pelaksanaan Penelitian
Proses
pembelajaran merupakan proses yang kompleks. Setiap kata, pikiran, tindakan dan
asosiasi sejauh mana kita mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan
pengajaran, sejauh itu pula proses berlangsung. Proses pembelajaran di sekolah
sangat dipengaruhi oleh seorang guru, karena guru adalah planner, desainer, fasilitator, motivator dan eksekutor. Artinya pengaruh seorang guru sangatlah besar, guru
harus mampu memahami bahwa perasaan dan sikap siswa akan terlihat dan
berpengaruh kuat terhadap proses belajarnya. (Bobbi DePotter: 2001).
Sebagaimana
yang diamanatkan Undang-Undang nomor 14 tahun 2005, tugas utama seorang guru,
selain mendidik adalah mengajar. Sebagai
pengajar, guru dihadapkan pada tuntutan profesi untuk selalu melakukan
perbaikan atas kekurangan dan meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan
tugas profesional. Karena yang dihadapi seorang guru adalah siswa, yang
mempunyai perasaan, minat dan ketertarikan terhadap sesuatu selalu
berubah-ubah. Tidak dapat dipungkiri, seorang guru belum tentu dapat menerapkan
metode ataupun model pembelajaran yang sama untuk setiap kelas yang dipandunya.
Sekolah Menengah
Atas Negeri 15 Palembang pada tahun pembelajaran 2014/2015 sempat menggunakan
Kurikulum 2013 selama satu semester. Awal tahun 2015 kembali ke KTSP 2006, hal
ini berakibat menurunnya motivasi pada diri siswa terutama pada penggunaan
internet. Seiring dengan itu pula sarana dan prasarana yang menyangkut teknik
komunikasi dan informatika (TIK) di sekolah menjadi kurang memadai, sehingga
pembelajaran yang semula menggunakan media online “schoology” dan “quipperschool”
tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Menyikapi
permasalahan di atas, penulis berpendapat agar pembelajaran matematika tetap
menarik , efektif dan efisien serta banyak disukai siswa, maka perlu
menggunakan model pembelajaran yang sederhana tetapi menarik. Salah satunya
adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dalam kelompok kecil, yang memungkinkan siswa saling membantu
dalam memahami suatu konsep, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman sebagai
masukan serta kegiatan lain yang bertujuan untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
Aktivitas pembelajaran kooperatif disamping menekankan pada kesadaran siswa
belajar, memecahkan masalah dan mengaplikasikan pengetahuan, konsep serta
keterampilan kepada teman lain, siswa akan merasa senang menyumbangkan
pengetahuannya kepada teman atau anggota lain dalam kelompoknya. Oleh karena
itu belajar kooperatif adalah saling menguntungkan antar siswa yang
berkemampuan rendah, sedang dan siswa yang berkemampuan tinggi.
Struktur
kooperatif dibandingkan dengan struktur kompetisi dan usaha individual, lebih
menunjang komunikasi yang lebih efektif dan pertukaran informasi diantara
siswa, saling membantu tercapainya hasil belajar yang baik, lebih banyak
bimbingan perorangan, berbagi sumber diantara siswa, perasaan terlibat yang
lebih besar, berkurangnya rasa takut akan gagal dan berkembangnya sikap saling
mempercayai diantara para siswa. Trik dan teknik pembelajaran akan efektif bila
disesuaikan dengan karakteristik siswa di kelas yang kita pandu.
Berdasarkan
uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan
Keaktifan Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA SMAN 15 Palembang Melalui Pembelajaran Kooperatif Topi Pintar”
Identifikasi Masalah
Dalam
pembelajaran matematika, masih banyak siswa yang sulit mengemukakan
pendapatnwalaupun sebenarnya banyak yang mau ditanyakan, dikarenakan guru cenderung
masih menggunakan cara yang lama. Beberapa siswa sudah mengerjakan soal-soal sebelum
pembelajaran dimulai, namun siswa yang seperti ini kurang mau berbagi. Jadi siswa cenderung
bekerja sendiri-sendiri tanpa berkomunikasi dengan siswa yang lain, maupun dengan guru mata
pelajaran. Ini berarti keaktifan siswa dapat dikatakan kurang.
pendapatnwalaupun sebenarnya banyak yang mau ditanyakan, dikarenakan guru cenderung
masih menggunakan cara yang lama. Beberapa siswa sudah mengerjakan soal-soal sebelum
pembelajaran dimulai, namun siswa yang seperti ini kurang mau berbagi. Jadi siswa cenderung
bekerja sendiri-sendiri tanpa berkomunikasi dengan siswa yang lain, maupun dengan guru mata
pelajaran. Ini berarti keaktifan siswa dapat dikatakan kurang.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: Apakah penerapan pembelajaran kooperatif topi pintar dapat
meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa Kelas XI IPA.6 SMA Negeri 15 Palembang?
Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa Kelas XI IPA.6 SMA Negeri 15 Palembang melalui penerapan pembelajaran kooperatif topi pintar.
Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa Kelas XI IPA.6 SMA Negeri 15 Palembang melalui penerapan pembelajaran kooperatif topi pintar.
Manfaat Penelitian
Bagi Siswa: Menumbuhkan motivasi dan minat belajar
siswa sehingga meningkatkan keaktifan
dalam pembelajaran matematika.
dalam pembelajaran matematika.
Bagi Guru: Merupakan salah satu alternatif untuk
membangun kegiatan interaktif siswa dalam
pembelajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa.
pembelajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa.
Bagi Sekolah: Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan
acuan untuk memperkaya referensi
guru-guru yang lain dalam melakukan penelitian.
guru-guru yang lain dalam melakukan penelitian.
Keaktifan Belajar Siswa
Keaktifan
berasal dari kata “aktif” yang artinya selalu berusaha, bekerja, dan belajar
dengan sungguh-sungguh supaya mendapat kemajuan/prestasi yang gemilang.
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, aktif diartikan sebagai giat. Keaktifan siswa berarti
suatu usaha atau kerja yang dilakukan dengan giat oleh siswa yang menghasilkan
perubahan dari tidak melakukan apa-apa menjadi melakukan sesuatu.
Ketika siswa hanya
mendengarkan penjelasan guru saja, maka ia akan cepat lupa dengan informasi
yang ia dengar. Karena belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran
mempunyai kelemahan cepat lupa, padahal hasil belajar seharusnya disimpan dalam
jangka waktu lama. Salah satu faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan
adalah faktor kelemahan otak manusia. Agar hasil belajar dapat disimpan dalam
selang waktu yang panjang, maka siswa diharuskan memahami apa yang telah ia
pelajari. Kenyataan ini, sesuai dengan kata-kata mutiara yang diberikan oleh
seorang filosof dari Yunani, konfusius yang mengatakan:
Apa yang saya
dengar, saya lupa
Apa yang saya
lihat, saya ingat
Apa
yang saya lakukan saya paham
Berdasarkan
ungkapan tersebut maka pembelajaran yang dilakukan oleh siswa harus memberikan
pengalaman yang akan diingat dan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.
Khususnya pada mata pelajaran matematika yang merupakan dasar dari ilmu
pengetahuan yang mengharuskan siswa berpikir kritis, logis, teoritis, rasional
dan percaya diri. Keaktifan itu ada secara langsung seperti mengerjakan tugas,
berdiskusi, mengumpulkan data, dan lain sebagainya. Bentuk keaktifan siswa
dalam belajar salah satunya adalah pemusatan terhadap apa yang dijelaskan oleh
guru, perenungan dan penerapan dalam penyelesaian masalah. Jadi, dalam
pembelajaran, keaktifan siswa menjadi lebih dominan karena siswa lebih banyak
melakukan aktivitas belajar. Aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas
fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental,
intelektual dan emosional.
Menurut Paul B. Dierich dalam
Hamalik (2008) menyimpulkan terdapat 177 macam kegiatan peserta didik yang
meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, antara lain:
1) Kegiatan-kegiatan
visual: Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi,
pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain; 2) Kegiatan-kegiatan
lisan (oral): Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu
kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
wawancara, diskusi, dan interupsi; 3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan:
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok,
mendengarkan suatu permainan, mendengakan radio; 4) Kegiatan-kegiatan
menulis: Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat
rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket; 5) Kegiatan-kegiatan
menggambar: Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola; 6) Kegiatan-kegiatan
metrik: Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat
model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun; 7) Kegiatan-kegiatan
mental: Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor,
melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan; 8) Kegiatan-kegiatan
emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.
Adapun keaktifan belajar siswa yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Mengerjakan soal; 2) Mengajukan
pertanyaan; 3) Menanggapi pertanyaan; 4) Presentasi; 5) Memberikan solusi.
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
Kooperatif merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang
saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar.(Depdiknas, 2003). Sedangkan menurut Suprijono, Agus (2010) “Model
pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis
kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan
oleh guru”. Ada empat unsur pentingyaitu: (l) adanya peserta dalam
kelompok, (2) adanya aturan kelompok, (3) adanya upaya belajar setiap anggota
kelompok dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai. (Slavin, 2010).
Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”. Ini berarti bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya mengedepankan pemanfaatan kelompok-kelompok siswa. Prinsip yang harus dipegang teguh dalam kaitan dengan kelompok kooperatif adalah setiap siswa yang ada dalam suatu kelompok harus mempunyai tingkat kemampuan yang heterogen (tinggi, sedang dan rendah) dan bila perlu mereka harus berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta mempertimbangkan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif bertumpu pada kooperasi (kerjasama) saat menyelesaikan permasalahan belajar yaitu dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Sebuah model pembelajaran dicirikan oleh adanya struktur tugas belajar, struktur tujuan pembelajaran dan struktur penghargaan (reward). Dalam kaitan dengan model pembelajaran kooperatif, maka tentu saja struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran ini tidak sama dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.
Pembelajaran
Kooperatif NHT
Struktur Numbered-Head-Together (NHT) biasanya juga disebut berpikir secara berkelompok
adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Russ Frank. Huda
(2014). NHT digunakan untuk
melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas. Menurut
Suyatno(2009), langkah-langkah
pembelajarannya adalah sebagai berikut:1) Mengarahkan; 2) Membuat
kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu; 3) memberikan
persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa
tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat
tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok; 4) Mempresentasikan hasil kerja
kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga
terjadi diskusi kelas; 5) Mengadakan kuis individual dan membuat skor
perkembangan tiap siswa; 6) Mengumumkan hasil kuis dan memberikan reward.
Model Pembelajaran Topi Pintar
Ciri
dari model pembelajaran kooperatif adalah tim belajar. Menurut Melvin (2014),
strategi pembentukan kelompok sangat menentukan kesuksesan suatu tim. Seorang
guru harus memberi kesempatan dan memfasilitasi siswa untuk membangun semangat
tim dengan sebuah kelompok yang sudah kenal satu sama lain. Di jaman sekarang siswa sangat terbiasa
dengan tayangan pembuka tertentu yang sudah populer sehingga hal itu tidak
membuat mereka antusias. Cobalah untuk bereksperimen dengan strategi-strategi
yang masih baru baik bagi guru maupun bagi siswa.
Berdasarkan
pemikiran itu, penulis mencoba memodifikasi suatu model pembelajaran kooperatif
yang baru, yang sesuai dengan karakteristik siswa di sekolah penulis dan diberi
nama model pembelajaran topi pintar. Model pembelajaran “topi pintar” merupakan
modifikasi dari model pembelajaran kooperatif tipe number head together (NHT). Adapun langkah-langkah pelaksanaannya
sebagai berikut: 1) Guru membagi kelompok belajar yang heterogen terdiri dari
5-6 siswa; 2) Setiap siswa diberi nomor urut (sesuai tingkat kemampuan siswa
dalam pembelajaran matematika menurut guru matematika di kelas itu) yang
dituliskan pada topi buatan kelompok masing-masing; 3) Setiap kelompok memberi nama kelompoknya dari
unsur-unsur matematika dan membuat yel-yel yang akan ditampilkan bagi kelompok
dengan skor tertinggi; 4) Guru menyampaikan tujuan, materi dan tugas berupa
soal-soal dalam jumlah yang relatif banyak; 5) Setiap kelompok melaporkan jumlah soal yang telah
diselesaikan; 6) Kelompok yang tampil presentasi sesuai urutan banyak soal yang
dikerjakan; 7) Skor yang diberikan pada kelompok yang tampil sesuai dengan
nomor topinya dikali sepuluh (atau sesuai dengan kesepakatan antara guru dan
siswa); 8) Nomor soal yang
dipresentasikan ditentukan oleh guru, misalnya menggunakan kalimat” selesaikan
soal dengan nomor terbesar sesuai dengan hasil yang dilaporkan”; 9) Kelompok
lain yang mengajukan pertanyaan atau menanggapi mendapat skor yang sama dengan
kelompok penampil; 10) Kelompok yang memperoleh skor tertinggi berhak untuk
menampilkan yel-yelnya sebagai bentuk penghargaan yang pertama. Setelah selesai
satu siklus atau satu penelitian, diberikan juga reward untuk kelompok yang
mendapat predikat terbaik.
Kriteria
Keberhasilan
Penelitian ini dikatakan berhasil
apabila jumlah siswa yang mendapat kategori aktif atau sangat aktif
mencapai 70
. Dengan kata lain bahwa 70
atau lebih siswa sudah berpartisipasi
melakukan aktivitas dalam pembelajaran.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian
teori, hipotesis penelitian tindakan
kelas ini adalah “Melalui pembelajaran kooperatif topi pintar, keaktifan belajar
matematika siswa kelas XI IPA SMA Negeri 15 Palembang dapat ditingkatkan
Setting Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA.6 SMA Negeri 15 Palembang yang berjumlah 34 siswa, terdiri dari 12 laki-laki dan 22 perempuan.
Penelitian akan dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA.6 SMA Negeri 15 Palembang yang berjumlah 34 siswa, terdiri dari 12 laki-laki dan 22 perempuan.
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2007). Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode classroom action research atau penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai “aksi” atau tindakan yang dilakukan oleh guru/peneliti, mulai dari perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan (Depdiknas, 2003).
Desain
Penelitian
Penelitian tindakan memiliki desain yang berupa daur spiral dengan
empat langkah utama, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dari desain penelitian di bawah ini tampak bahwa penelitian tindakan merupakan
proses perbaikan secara terus menerus dari suatu tindakan yang masih mengandung
kelemahan sebagaimana hasil refleksi yang menuju ke arah yang semakin sempurna.
Prosedur
Penelitian
Permasalahan
Mencari
informasi untuk mengenali dan mengetahui kesulitan belajar siswa kelas XI IPA
SMA Negeri 15 Palembang.
Perencanaan
Tindakan Siklus I
a. Penulis melakukan
analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan
kepada siswa.
b.
Mempersiapkan rencana
pembelajaran berupa RPP.
i.
Membentuk kelompok
belajar yang terdiri dari 6 orang dengan nomor 1, 2, 3, 4,
5,
dan 6.
ii.
Setiap kelompok memberi nama kelompoknya serta menyiapkan
yel-yel.
iii.
Siswa mengerjakan tugas secara individu.
iv.
Siswa membahas masalah dalam kelompok.
v.
Siswa
mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya, skor diberikan berdasarkan nomor pada topi.
vi.
Siswa mengerjakan kuis secara individu.
c. Mempersiapkan
lembar observasi keaktifan belajar siswa.
Lembar
observasi dibuat untuk melihat keaktifan siswa sebagaimana ditunjukkan
tabel berikut.
Tabel.1. Lembar Observasi Keaktifan Belajar
Siswa
No
|
Nama Siswa
|
Aktivitas Siswa Yang
Nampak
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
||||||
2
|
||||||
3
|
||||||
4
|
||||||
...
|
Keterangan:
Aktivitas :1) Mengerjakan soal; 2) Mengajukan
pertanyaan; 3) Menanggapi pertanyaan;
4) Presentasi; 5) Memberikan solusi.
3.
Pelaksanaan
Tindakan Siklus I
Melaksanakan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disiapkan.
4.
Pengamatan/Pengumpulan
Data Siklus I
Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang
pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat serta dampaknya terhadap
proses dan hasil instruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu lembar
pengamatan.
5.
Refleksi
Siklus I
Hasil yang diperoleh dalam tahap pengamatan
dikumpulkan serta dianalisis. Dari hasil analisis, penulis dapat merefleksi
diri, apakah kegiatan yang telah dilakukan sudah ada peningkatan, dan dimana
kekurangan yang harus diperbaiki.
6.
Revisi
Tindakan Siklus I
Dari hasil Refleksi siklus I dilakukan
Perencanaan Tindakan siklus II, Pelaksanaan Tindakan silkus II,
Pengamatan/Pengumpulan Data siklus II, Refleksi siklus II dan seterusnya sampai
skenario pembelajaran dapat diselesaikan.
Teknik Pengumpulan Data
Lembar
observasi diberikan penilaian untuk setiap aktivitas dengan rincian sebagai
berikut.
Tabel. 2. Skor Keaktifan Siswa
No.
|
Aktivitas Siswa
|
Banyak Aktivitas
|
Skor
|
1.
|
Mengerjakan Soal
|
X
20%
|
1
|
20%
X
40%
|
2
|
||
40%
X
60%
|
3
|
||
60%
X
80%
|
4
|
||
80%
X
100%
|
5
|
||
2.
|
Mengajukan
Pertanyaan
|
0
|
1
|
1
|
2
|
||
2
|
3
|
||
3
|
4
|
||
4
|
5
|
||
3.
|
Menjawab Pertanyaan
|
0
|
1
|
1
|
2
|
||
2
|
3
|
||
3
|
4
|
||
4
|
5
|
||
4.
|
Presentasi
|
0
|
1
|
1
|
2
|
||
2
|
3
|
||
3
|
4
|
||
4
|
5
|
||
5.
|
Memberi Solusi
|
0
|
1
|
1
|
2
|
||
2
|
3
|
||
3
|
4
|
||
4
|
5
|
Skor
maksimum 5 x 5 = 25, sedang skor minimum
5 x1 = 5, sehingga interval skor rata-rata keaktifan siswa adalah 25 – 5 = 20.
Penulis membagi interval menjadi 4 selang dengan jarak masing-masing 4,99.
Tabel. 3. Tingkat Aktivitas
Siswa
Skor Aktivitas Siswa
|
Kategori
|
21 -
25
|
Sangat Aktif
|
15
- 20,9
|
Aktif
|
10
- 14,9
|
Cukup Aktif
|
5
- 9,9
|
Kurang Aktif
|
(Modifikasi Djaali, 2008)
Teknik Analisis
Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini
berupa data kualitatif yang
diperoleh dari hasil observasi, kemudian dianalisis setiap
akhir pertemuan disetiap siklus. Seperti ditunjukkan tabel berikut.
Tabel.
4 .
Analisis Data Hasil Observasi
Kategori Keaktifan
Siswa
|
Pertemuan 1
|
Pertemuan 2
|
Keterangan
|
||
Jumlah Siswa
|
Jumlah Siswa
|
||||
Kurang Aktif
|
|||||
Cukup Aktif
|
|||||
Aktif
|
|||||
Sangat Aktif
|
Rencana Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan
yang dilaksanakan pada tahapan ini dilakukan dalam bentuk tahapan-tahapan yang
dalam penelitian ini disebut siklus. Pada tahapan atau siklus dibuat fase
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/ observasi dan refleksi. Penelitian ini
mempunyai rencana kegiatan sebagai berikut:
Kegiatan
|
Bulan
(Tahun 2015)
|
|||
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
|
A. Tahapan
Persiapan:
|
||||
1.
Menyiapkan
RPP, Materi Ajar
|
x
|
|||
2.
Menyiapkan
Instrumen Ukur
|
x
|
|||
B. Tahap
Pelaksanaan:
|
||||
1.
Pelaksanaan
Siklus I
|
||||
a.
Tahap
Perencanaan I
|
x
|
|||
b.
Tahap
Implementasi Tindakan:
|
||||
Tindakan 1
|
x
|
|||
Tindakan 2
|
x
|
|||
Tindakan 3
|
x
|
|||
2.
Pelaksanaan
Siklus II
|
||||
a.
Tahap
Perencanaan II
|
x
|
|||
b.
Tahap
Implementasi Tindakan:
|
||||
Tindakan 1
|
x
|
|||
Tindakan 2
|
x
|
|||
Tindakan 3
|
x
|
|||
C. Tahap
Pelaporan
|
||||
1.
Tabulasi dan
Analisis Data
|
x
|
|||
2.
Penyusunan
draft hasil penelitian
|
x
|
|||
3.
Seminar draft
hasil penelitian
|
x
|
|||
4.
Penyusunan
laporan final
|
x
|
|||
5.
Pengiriman
laporan
|
x
|
DAFTAR PUSTAKA
Bobbi De Porter
dan Mike Hernacki. 2001. Quantum Learning, Membiasakan Belajar
Nyaman
dan Menyenangkan.
Bandung: Penerbit Kaifa.
Depdikbud.
1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas.2003. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistim
Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas
Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas
Elliot, J. 1982. Developing Hypothesis about Classrooms from
Teachers Practical Constructs: an
Account of the Work of the Ford Teaching Project. Dalam The Action Research Reader.
Geelong, Victoria: Deakin University.
Account of the Work of the Ford Teaching Project. Dalam The Action Research Reader.
Geelong, Victoria: Deakin University.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Huda,
Miftahul. 2014. Cooperative Learning,
Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Melvin,
L. Silberman.2014. Active Learning, 101
Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:
Nuansa Cendekia.
Sugiyono.
2007. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suprijono,
Agus. 2010. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo:
Masmedia Buana Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar