MENUJU
PEMBELAJARAN MATEMATIKA AKTIF DAN KREATIF BERSAMA SI “TOPI PINTAR”
Latar Belakang
Pembelajaran
merupakan proses yang kompleks. Setiap kata, pikiran, tindakan dan asosiasi
sejauh mana kita mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pembelajaran,
sejauh itu pula proses berlangsung. Proses pembelajaran di sekolah sangat
dipengaruhi oleh seorang guru, karena guru adalah planner, desainer, fasilitator, motivator dan eksekutor. Artinya pengaruh seorang guru sangatlah besar, guru
harus mampu memahami bahwa perasaan dan sikap siswa akan terlihat dan
berpengaruh kuat terhadap proses belajarnya. (Bobbi DePotter: 2001).
Pentingnya
peran guru untuk meningkatkan mutu pendidikan menjadi permasalahan yang selalu
masuk ranah kebijakan. Guru menjadi determinan faktor dalam meningkatkan mutu
pendidikan baik dalam arti proses maupun hasil, maka upaya peningkatan
kompetensi guru harus merupakan proses yang berkelanjutan. Tugas utama seorang
guru, selain mendidik adalah mengajar.
Sebagai pengajar, guru dihadapkan pada tuntutan profesi untuk selalu melakukan
perbaikan atas kekurangan dan meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas
profesional. Guru profesional adalah seorang yang memiliki jabatan guru
berdasarkan keilmuan dan keahliannya dengan mengabdikan diri sepenuhnya atas
pekerjaan yang dipilihnya, dengan selalu berusaha mengembangkan diri dan
keahlian yang berkaitan dengan jabatan gurunya. Sedangkan makna pendidik
sebagai agen pembelajaran (learning agent) sebagaimana diuraikan dalam
penjelasan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 adalah peran guru antara
lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi
siswanya. Yang dihadapi seorang guru adalah siswa, yang mempunyai perasaan,
minat dan ketertarikan terhadap sesuatu bernilai sangat subjektif.
Oleh
karena itu, keberhasilan proses pembelajaran sangatlah bergantung kepada
perasaan, minat dan ketertarikan siswa terhadap gurunya. Dalam hal ini
bagaimana seorang guru menerapkan suatu model ataupun metode pembelajaran akan
sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Tidak terkecuali untuk mata
pelajaran matematika. Walau tidak lagi seangker dan sesulit dulu, bukan berarti
membelajarkan matematika itu mudah.
Agar pembelajaran matematika
tetap menarik, aktif dan efektif, maka perlu menggunakan model pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik siswa dan ketersediaan sarana pendukung di
sekolah. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
kooperatif merupakan strategi belajar dalam kelompok kecil, yang memungkinkan
siswa saling membantu dalam memahami suatu konsep, memeriksa dan memperbaiki
jawaban teman sebagai masukan serta kegiatan lain yang bertujuan untuk mencapai
hasil belajar yang optimal. Aktivitas pembelajaran kooperatif disamping
menekankan pada kesadaran siswa belajar, memecahkan masalah dan mengaplikasikan
pengetahuan, konsep serta keterampilan kepada teman lain, siswa akan merasa
senang menyumbangkan pengetahuannya kepada teman atau anggota lain dalam
kelompoknya. Oleh karena itu belajar kooperatif adalah saling menguntungkan
antar siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan siswa yang berkemampuan
tinggi.
Struktur kooperatif dibandingkan dengan struktur kompetisi
dan usaha individual, lebih menunjang komunikasi yang lebih efektif dan
pertukaran informasi diantara siswa, saling membantu tercapainya hasil belajar
yang baik, lebih banyak bimbingan perorangan, berbagi sumber diantara siswa,
perasaan terlibat yang lebih besar, berkurangnya rasa takut akan gagal dan
berkembangnya sikap saling mempercayai diantara para siswa. Trik dan teknik
pembelajaran akan efektif bila disesuaikan dengan karakteristik siswa di kelas
yang kita pandu.
Untuk mewujudkan pembelajaran
matematika yang aktif, kreatif dan efektif, penulis mencoba memodifikasi pembelajaran
kooperatif Number Head Together (NHT) dengan sesuatu yang baru bersama siswa kelas
XI IPA yang diberi nama “Topi Pintar”.
Pembelajaran Aktif Dan Kreatif
Model
pembelajaran aktif dan kreatif ini masih sangat cocok untuk era di kurikulum 2013,
yang senantiasa berorientasi pada aktivitas siswa. Model pembelajaran aktif dan
kreatif juga berorientasi pada proses
dan tujuan. Orientasi proses dalam model pembelajaran ini berusaha untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa. Kemandirian dan tanggung jawab dibina
sejak awal. Kebersamaan dan bekerja sama untuk mengasah emosional. Persaingan
yang sehat ditumbuhkan dengan saling menghargai satu sama lain serta menumbuhkan
sikap kepemimpinan. Orientasi tujuannya adalah agar anak belajar lebih
mendalam, anak lebih kritis dan kreatif, suasana belajar menjadi bervariasi
serta meningkatkan kematangan emosional. Tidak kalah pentingnya anak siap
menghadapi perubahan dan berpartisipasi dalam proses perubahan.
Tetapi tampaknya untuk memaknai
aktif dan kreatif masih terlalu abstrak. Banyak guru masih kabur dengan ini. Sebenarnya
makna ini masih perlu dikembangkan lagi sesuai dengan kondisi yang
sesungguhnya. Untuk sedikit memberi gambaran mengenai makna aktif dan kreatif
berikut ini.
1. Aktif: 1)Selalu
mencoba; 2)Tidak ingin menjadi penonton; 3)Memanfaatkan modalitas belajar
(visual, auditorial, atau kinestetik; 4)Penuh perhatian dalam setiap proses pembelajaran.
2.
Kreatif: 1)Menginginkan adanya perubahan yang baru; 2)Ingin
mengadakan
inovasi; 3)Mempunyai banyak cara untuk
melakukan sesuatu; 4)Tidak cepat putus
asa; 5)Tidak mudah puas dengan hasil
kerjanya dan selalu ingin berbuat terus;
6)Menumbuhkan
motivasi, percaya diri dan kritis; 7)Mempunyai banyak cara.
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
Kooperatif merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang
saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar.(Depdiknas, 2003). Sedangkan menurut Suprijono (2010) “Model
pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis
kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan
oleh guru”. Ada empat unsur penting, yaitu: (l)
adanya peserta dalam kelompok, (2) adanya aturan kelompok, (3) adanya upaya
belajar setiap anggota kelompok dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai.
(Slavin, 2010).
Dari beberapa pengertian menurut
para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar
dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh
guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”. Ini berarti bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar
dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Model
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya mengedepankan pemanfaatan kelompok-kelompok siswa. Prinsip yang
harus dipegang teguh dalam kaitan dengan kelompok kooperatif adalah setiap
siswa yang ada dalam suatu kelompok harus mempunyai tingkat kemampuan yang
heterogen (tinggi, sedang dan rendah) dan bila
perlu mereka harus berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
mempertimbangkan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif bertumpu pada
kooperasi (kerjasama) saat menyelesaikan permasalahan belajar yaitu dengan
menerapkan pengetahuan dan keterampilan sehingga tujuan pembelajaran dapat
dicapai. Sebuah model pembelajaran dicirikan oleh adanya struktur tugas
belajar, struktur tujuan pembelajaran dan struktur penghargaan (reward). Dalam kaitan dengan model pembelajaran
kooperatif, maka tentu saja struktur tugas, struktur tujuan dan struktur
penghargaan pada model pembelajaran ini tidak sama dengan struktur tugas,
struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.
Pembelajaran Kooperatif NHT
Struktur Numbered-Head-Together (NHT) biasanya juga disebut berpikir secara
berkelompok adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Russ Frank. Huda (2014). NHT digunakan untuk melibatkan lebih banyak siswa
dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sebagai gantinya mengajukan
pertanyaan kepada seluruh kelas. Menurut Suyatno(2009), langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai
berikut:1) Mengarahkan; 2) Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa
memiliki nomor tertentu; 3) memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap
kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap
siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok; 4)
Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas
masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas; 5) Mengadakan kuis individual dan
membuat skor perkembangan tiap siswa; 6) Mengumumkan hasil kuis dan memberikan
reward.
Model Pembelajaran Topi
Pintar
Ciri dari model pembelajaran kooperatif
adalah tim belajar. Menurut Melvin (2014), strategi pembentukan kelompok sangat
menentukan kesuksesan suatu tim. Seorang guru harus memberi kesempatan dan
memfasilitasi siswa untuk membangun semangat tim dengan sebuah kelompok yang
sudah kenal satu sama lain. Di jaman
sekarang siswa sangat terbiasa dengan tayangan pembuka tertentu yang sudah
populer sehingga hal itu tidak membuat mereka antusias. Cobalah untuk
bereksperimen dengan strategi-strategi yang masih baru baik bagi guru maupun
bagi siswa.
Berdasarkan pemikiran itu, penulis
mencoba memodifikasi suatu model pembelajaran kooperatif, yang sesuai dengan
karakteristik siswa di sekolah penulis dan diberi nama model pembelajaran topi
pintar. Model pembelajaran “topi pintar” merupakan modifikasi dari model
pembelajaran kooperatif tipe number head
together (NHT). Adapun langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut: 1)
Guru membagi kelompok belajar yang heterogen terdiri dari 5-6 siswa; 2) Setiap
siswa diberi nomor urut (sesuai tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran
matematika menurut guru matematika di kelas itu) yang dituliskan pada topi
buatan kelompok masing-masing; 3) Setiap kelompok memberi nama kelompoknya dari
unsur-unsur matematika dan membuat yel-yel yang akan ditampilkan bagi kelompok
dengan skor tertinggi; 4) Guru menyampaikan tujuan, materi dan tugas berupa
soal-soal dalam jumlah yang relatif banyak; 5) Setiap kelompok melaporkan jumlah soal yang telah
diselesaikan; 6) Kelompok yang tampil presentasi sesuai urutan banyak soal yang
dikerjakan; 7) Skor yang diberikan pada kelompok yang tampil sesuai dengan
nomor topinya dikali 100; 8) Nomor soal
yang dipresentasikan ditentukan oleh guru, misalnya menggunakan kalimat”
selesaikan soal dengan nomor terbesar sesuai dengan hasil yang dilaporkan”; 9)
Kelompok lain yang mengajukan pertanyaan atau menanggapi mendapat skor yang
sama dengan kelompok penampil; 10) Kelompok yang memperoleh skor tertinggi
berhak untuk menampilkan yel-yelnya.
Penerapan Model Topi
Pintar Dalam Pembelajaran Matematika
Model pembelajaran topi
pintar telah diterapkan dikelas XI IPA SMAN 15 Palembang pada tahun pelajaran
2014/2015 dan 2015/2016. Langkah-langkah dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut.
1
Guru mengelompokkan
siswa sesuai nomor peringkat
Guru membuat kertas undian warna-warni terdiri dari delapan bentuk yang berbeda dan diberi nomor.
Guru membuat kertas undian warna-warni terdiri dari delapan bentuk yang berbeda dan diberi nomor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar