Jum’at, 19 januari 2018 seperti
biasa pukul lima lewat saya dan suami berangkat ke sekolah dengan mengendarai
motor. Sepuluh menit perjalanan, melintaslah seekor kucing putih yang dengan cepat
menyebrang jalan. Tanpa dapat menghindar dan refleks karena terkejut, mungkin
suamiku sempat menginjak rem. Terasa ada yang mengganjal di sepeda motor yang
membuat kami terjatuh kearah kanan. Saya sadar...ketika terjatuh, kemudian kami
berdua terdorong motor ke tengah jalan. Dua kaki suamiku dan satu kakiku terhimpit
di bawah motor.
Ya Allah...aku
sadar dan berucap...kulihat suamiku agak sesak napasnya, kukatakan sabar...sabar...
Tangan kiriku melepas tas yang masih
tersangkut dibahuku, dengan niat akan kuangkat motor untuk melepas kakiku yang
terjepit. Aku sudah dalam posisi duduk, kulihat ada seorang pengendara motor
menepi, seorang laki-laki muda...Beliau langsung mengangkat motor dan
meletakkannya di pinggir jalan. Sementara aku bantu suamiku yang masih sulit
untuk berdiri...kemudian datang seorang anak muda perempuan tetanggaku yang
teriak...om...om...ya Allah kenapa om?
Alhamdulillah ya Allah, masih
banyak orang yang baik dan peduli. Terima kasih yang belum sempat terucap
kepada anak muda tadi...karena beliau segera pergi ketika tau ada yang
mengenali kami. Mungkin beliau sedang diburu waktu, maklum jika terlambat
sedikit saja maka kita akan berteman dengan kemacetan Kota Palembang. Lewat
tulisan ini saya ucapkan terima kasih yang tak berhingga kepada Sang Maha Penggerak
Hati, sehingga ada yang mau membantu kesulitan kami, terima kasih juga buat
anak muda yang tak sempat ku kenal.
Alhasil singkat cerita, kami berhasil
kembali ke rumah untuk segera pengobatan melalui urut dan medis. Luka-luka
tidak seberapa, hanya lecet-lecet di sekitar kaki dan tangan.
Dibalik musibah pasti ada
hikmahnya. Saya yakinkan itu...melalui perenungan saya mendapatkan hikmah itu.
Pertama, beberapa teman sejawat
bersama Kepala Sekolahku datang menjenguk. Mungkin ini adalah alasan yang
tepat, sehingga merekapun akhirnya sampai di rumah kami yang notabene paling
jauh letaknya dari sekolah.
Hikmah yang kedua, seyogyanya saya
itu mengalami demam semenjak hari Selasa, namun karena dirasa masih sanggup
hadir di sekolah, maka saya tetap berangkat sampai hari jum’at tersebut.
Beberapa rekan yang japrian dengan saya mengatakan...Bunda itu disuruh
istirahat. Mungkin benar ya...demam beberapa hari tadi belum cukup dijadikan
alasan saya untuk istirahat, ternyata jika Allah berkehendak, pasti akan terjadi. Dengan
peristiwa ini, saya diijinkan oleh Kepala Sekolah untuk tidak masuk sekolah
dulu.
Hikmah yang ketiga, seharusnya pada hari jum’at
tersebut saya mengirimkan file tentang acara suap-suapan dan cacap-cacapan adat
Palembang kepada seorang teman yang membutuhkan. Karena filenya tertinggal di
sekolah dan saya harus istirahat di rumah, maka saya berusaha untuk ambil tulisan
di Blog saya... Astaghfirullah...ternyata Blogku tidak dapat
diakses...beruntung aku punya anak yang baik dan pintar, sehingga masalah dapat
diatasi. File itupun akhirnya berhasil diterima yang memintanya.
Hikmah yang keempat, dikarenakan
ijin sekolah bukan di hari libur...sangat kurasakan sensasi yang berbeda...aku
dapat berkumpul bersama dengan anak-anakku, suamiku dalam waktu yang lebih
panjang.
Terima kasih Ya Allah, semoga
musibah ini menjadikan aku orang yang lebih sabar, lebih pandai bersyukur dan
lebih ikhlas menerima takdir.
Dan yang tak kalah penting, harus lebih
berhati-hati dalam setiap kesempatan apapun, tidak terkecuali dalam perjalanan.
Sukajadi,
21 Januari 2018
Salam Satu Guru Satu Blog..
BalasHapus