MODEL
PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
PADA
MATERI SEGIEMPAT DAN SEGITIGA
By : Dina Renita
PENDAHULUAN
“Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan
tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan
meliputi segenap aspek pribadi” (Ahmadi, 2005: 17). Hasil dari kegiatan belajar mengajar tercermin
dalam perubahan perilaku yang terlihat dari diri siswa.
“Proses belajar mengajar
adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang terorganisasi” (Ahmadi, 2005:
33). Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar tersebut terarah
sesuai tujuan pendidikan. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang
menantang dan merangsang para siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan
kepuasan serta dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Di dalam proses belajar
mengajar yang sangat berperan adalah seorang guru. Guru harus memiliki
kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik dan pengajar. Proses pembelajaran
memerlukan perencanaan yang sistematis agar hasil belajar yang diharapkan akan
lebih baik. Guru harus dapat memilih suatu model, strategi dan metode yang
tepat sehingga siswa dapat mengerti tujuan yang ingin disampaikan guru kepada
mereka. Dengan model, strategi dan metode belajar yang tepat maka diharapkan
proses belajar mengaja dapat berlangsung sesuai dengan yang diharapkan,
khususnya pada pelajaran matematika yang merupakan ilmu pasti yang menuntut
pemahaman dan ketekunan berlatih.
Matematika merupakan pelajaran
yang dianggap sulit dan kurang disukai oleh siswa. Siswa beranggapan pelajaran matematika
itu tidak diperlukan dalam kehidupan nyata, sehingga mereka menjadi malas untuk
belajar matematika. Hal ini bisa dilihat dari nilai matematika yang selalu
lebih rendah dibandingkan dengan pelajaran lain. Rendahnya minat belajar siswa
terhadap pelajaran matematika mengakibatkan rendah pula pada hasil belajarnya.
Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini adalah kurang menariknya proses belajar
mengajar yang terjadi di dalam kelas.
Salah satu
cara untuk meningkatkan minat belajar siswa dan diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa adalah dengan merubah kondisi atau lingkungan belajar
sehingga lebih menyenangkan bagi siswa, seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi
(2005: 33). Salah satu faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam suatu
kelas adalah proses belajar mengajar yang berisi serangkaian peristiwa belajar
yang dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa. Salah satu model pembelajaran yang
diharapkan dapat meningkatkan minat belajar dan keaktifan siswa adalah model
pembelajaran Group Investigation
(Grup Penyelidikan).
Model pembelajaran Group Investigation ini merupakan model
pembelajaran kooperatif yang melibatkan seluruh siswa untuk mengembangkan sikap
sosial dan belajar bersama teman sekelompoknya dalam berbagai sikap positif.
Menurut Trianto (2007: 59), pada model pembelajaran Group Investigation ini siswa terlibat dalam perencanaan baik topik
yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Selain itu model
pembelajaran ini juga mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses
kelompok yang baik. Selanjutnya model pembelajaran ini menyiapkan siswa dengan
lingkup studi yang luas dan berbagai pengalaman belajar untuk memberikan
tekanan pada aktivitas positif para siswa (Krismanto, 2003: 15).
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Group Investigation, pembelajaran akan lebih menarik bagi siswa,
dan diharapkan dapat meningkatkan minat dan keaktifan siswa terhadap pelajaran matematika.
Serta secara tidak langsung juga akan bepengaruh terhadap hasil belajar mereka.
PEMBAHASAN
1. Belajar
Dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan
belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.
Menurut Slameto (2003: 2), “Belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.” Pendapat yang sama dikemukakan oleh Winkell
(1996: 53), “Belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu
bersifat relatif konstan dan berbekas.” Menurut Ahmadi (2005: 17), “Belajar
adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya
tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi.”
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tersebut
tidak hanya menyangkut pengetahuan dan pemahaman, tetapi juga dalam bentuk
kecakapan, keterampilan, sikap, minat, dan seluruh aspek pribadi.
2. Model Pembelajaran
Model pembelajaran menurut Joyce (dalam Trianto, 2007:
5) adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembeajaran dalam tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya
buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya Joyce
menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain
pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen
dan Kauchak (dalam Trianto, 2007: 5) bahwa model pembelajaran memberikan
kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
Menurut Depdiknas (2005: 3), “Model pembelajaran
merupakan suatu konsepsi untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan
tertentu. Dalam model mencakup strategi, pendekatan, metode maupun teknik.”
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus
(Depdiknas, 2005: 4) yaitu:
1.
rasional teoritik yang logis
yang disusun oleh penciptanya,
2. tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
3. tingkah laku mengajar yang diperlukan agar
model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan
4. lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran itu dapat tercapai.
“Dalam mengajarkan suatu pokok
bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai” (Trianto, 2007: 9). Oleh karena itu dalam
memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan, misalnya materi
pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang
tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
atau suatu konsepsi yang digunakan sebagai pedoman unutk mengajar suatu materi
agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dalam memilih
suatu model pembelajaran harus mempertimbangkan materi, tingkat perkembangan
kognitif siswa, sarana atau fasilitas, dan lain-lain.
3. Model Pembelajaran Group
Investigation
Model pembelajaran Group Investigation atau Investigasi
Kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks (Trianto,
2007: 59). Pada model pembelajaran ini siswa terlibat dalam perencanaan baik
topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Selain itu
model pembelajaran ini juga mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses
kelompok yang baik.
Menurut Krismanto (2003: 15), “Model
pembelajaran Group Investigation atau
Grup Penyelidikan ini menyiapkan siswa dengan lingkup studi yang luas dan
berbagai pengalaman belajar untuk memberikan tekanan pada aktifitas positif
para siswa.”
Ada empat karakteristik pada
model pembelajaran ini (Krismanto, 2003: 15), yaitu:
1.
Kelas dibagi ke dalam
sejumlah kelompok (grup).
2.
Kelompok siswa dihadapkan pada
topik dengan berbagai aspek untuk meningkatkan daya kuriositas (keingintahuan)
dan saling ketergantungan yang positif di antara mereka.
3.
Di dalam kelompoknya siswa
terlibat dalam komunikasi aktif untuk meningkatkan keterampilan cara belajar.
4. Guru bertindak selaku sumber belajar dan
pimpinan tak langsung, memberikan arah dan klarifikasi hanya jika diperlukan,
dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Langkah-langkah pelaksanaan
model investigasi kelompok meliputi enam fase (Sharan dkk, 1984, dalam Trianto,
2007: 59) yaitu:
a. Memilih Topik
Siswa memilih subtopik khusus
di dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru.
Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok
menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya
heterogen secara akademis maupun etnis.
b. Perencanaan Kooperatif
Siswa dan guru merencanakan
prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik
yang telah dipilih pada tahap pertama.
c. Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang
telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya
melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan
siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik di dalam atau di luar
sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan
bantuan bila diperlukan.
d. Analisis dan Sintesis
Siswa menganalisis dan
mensintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan
bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik
sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.
e. Presentasi Hasil Final
Beberapa atau semua kelompok
menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas,
dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam
pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi
dikoordinasi oleh guru.
f. Evaluasi
Dalam hal kelompok-kelompok
menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi
tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan.
Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.
4. Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas merupakan prinsip
atau azas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Tidak ada
belajar kalau tidak ada aktivitas (Sardiman, 2007:95). Dalam diri masing-masing
siswa terdapat “prinsip aktif” yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri.
Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya. Pembelajaran perlu mengarahkan
tingkah laku menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan.
Pendidikan modern lebih
menitikberatkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar sambil bekerja.
Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta
perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Sistem pembelajaran dewasa ini
sangat menekankan pada pendayagunaan asas keaktifan (aktivitas) dalam proses
belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Diedrich (dalam Hamalik, 1994:90) jenis-jenis aktivitas
siswa dapat digolongkan sebagai berikut:
a.
Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar,
mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau
bermain.
b.
Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau
prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,
mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.
c.
Kegiatan-kegiatan mendengarkan:
mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok,
mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.
d.
Kegiatan-kegiatan menulis: menulis
cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa
atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar,
membuat grafik, diagram, peta, pola.
f. Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan,
memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan
permainan (simulasi), menari, berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan,
mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan
hubungan-hubungan, membuat keputusan.
h.
Kegiatan-kegiatan emosional:
minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
aktivitas siswa dapat dilihat dari perilaku siswa yang muncul selama proses
pembelajaran.
5. Hasil Belajar Siswa
Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur
dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa (Sudjana, 1987:45). Hasil
belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari
dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang
dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil
belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark (dalam Sudjana, 1987:39)
bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan
30% dipengaruhi oleh lingkungan. Salah satu lingkungan belajar yang paling
dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah, ialah kualitas pengajaran. Yang
dimaksud dengan kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif
tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh sebab
itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan
kualitas pengajaran. Hasil belajar yang baik hanya dapat dicapai melalui proses
pembelajaran yang efektif dan produktif. Jika proses belajar mengajar tidak
optimal, maka sulit untuk mencapai hasil belajar yang baik.
Untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan suatu evaluasi. Evaluasi
hasil belajar adalah keseluruhan pengukuran (pengumpulan data dan informasi),
pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat
hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar
mengajar (Hamalik, 1994:159).
Alat untuk mengukur evaluasi adalah satunya adalah tes.
Tes yang dimaksud di sini adalah untuk mengukur kemampuan siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil dari tes disajikan dalam bentuk angka atau
nilai tertentu. Nilai yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar.
Untuk mengetahui bahwa suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil yaitu
apabila Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan dapat tercapai.
6. Materi
Segiempat dan Segitiga
Materi segiempat dan segitiga adalah materi
yang diajarkan pada kelas VII semester II. Dari pengalaman penulis mengajarkan
materi ini, diketahui bahwa materi ini merupakan salah satu materi yang
membosankan bagi siswa, bahkan dianggap kurang menarik, karena materi ini
banyak membahas tentang sifat-sifat dari segiempat dan segitiga yang merupakan
lanjutan dari materi yang didapat oleh siswa di SD.
Hal ini tentunya memberikan pengaruh
terhadap hasil belajar mereka pada materi ini. Padahal materi segiempat dan
segitiga ini sangat diperlukan, karena akan berkelanjutan pada materi bangun
ruang.
Materi Segiempat dan segitiga membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk dibahas dan selama ini, metode ataupun model yang
digunakan selalu monoton dan kurang menarik. Hasil yang diharapkan yang berupa
kemampuan siswa untuk memahami konsep segiempat dan segitiga terkadang malah
tidak tercapai. Untuk itulah diperlukan suatu
model ataupun metode yang dapat membangkitkan minat siswa untuk memahami
materi ini.
Pada pembelajaran materi segiempat dan
segitiga ini dimulai dengan mengingatkan siswa kepada bangun-bangun datar yang
merupakan pengetahuan prasyarat untuk mempelajari sifat-sifat dari bangun datar
tersebut. Selanjutnya pembelajaran didesain sedemikian rupa sehingga siswa termotivasi dan mau berpatisipasi aktif dalam
belajar.
Model
pembelajaran Group Investigation atau
Investigasi Kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang diharapkan dapat menarik minat siswa untuk belajar
materi segiempat dan segitiga. Model pembelajaran ini mengajar siswa keterampilan berkomunikasi dan bekerja dalam
kelompok dengan baik. Langkah-langkah pada pembelajaran
ini adalah diawali dengan memilih topik, yang dalam hal ini bangun-bangun
segiempat dan segitiga yang masing-masing kelompok berbeda. Selanjutnya
kelompok tersebut merencanakan penyelidikan terhadap materi yang mereka dapatkan.
Tahap yang paling
penting adalah siswa mengimplementasikan atau menerapkan rencana yang telah
mereka buat. Pada pembelajaran ini siswa menyelidiki sifat-sifat segiempat dan
segitiga dengan beragam aktifitas. Di sini peran seorang guru sangat diperlukan
untuk membimbing siswa dalam beraktifitas dan berdiskusi dalam kelompok.
Tahap selanjutnya,
setiap kelompok mengalisis hasil kerja kelompok mereka dan membuat suatu
kesimpulan dari hasil penyelidikan kelompok. Setelah setiap kelompok membuat
kesimpulan, mereka diminta untuk menyajikan atau mempresentasikan hasil kerja
kelompok mereka, dan kelompok-kelompok yang lain ikut menanggapi. Di sini
seorang guru berperan memandu jalannya diskusi kelas. Dari diskusi kelas yang
dilaksanakan diharapkan siswa mendapatkan informasi yang banyak, karena
masing-masing kelompok membahas aspek yang berbeda.
Pada
tahap akhir, guru memberikan evaluasi, baik berupa penilaian kelompok maupun
individual. Penilaian disini bukan hanya melihat hasil akhir dari pekerjaan siswa,
tetapi juga melihat proses pembelajaran yang dilalui oleh siswa. Dari
pembelajaran yang dibahas diharapkan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam
belajar materi segiempat dan segitiga yang tentunya akan berpengaruh terhadap
hasil belajar mereka. Pada pembelajaran ini guru juga mendapatkan suatu
pengalaman untuk merubah pembelajaran yang selama ini dianggap membosankan dan
kurang menarik menjadi pembelajaran yang penuh aktifitas dan menarik serta
bermakna.
PENUTUP
Salah satu cara untuk meningkatkan minat belajar siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah
dengan merubah kondisi atau lingkungan belajar sehingga lebih
menyenangkan bagi siswa. Melalui model pembelajaran Group
Investigation, diharapkan siswa dapat termotivasi
untuk lebih aktif dalam belajar dan membangun sendiri
pengetahuan mereka serta menemukan langkah-langkah dalam mencari penyelesaian dari suatu
materi. Dengan demikian pembelajaran
akan menjadi lebih menarik, lebih menyenangkan dan bermakna.
Guru diharapkan berani mengadakan perubahan
di dalam kelasnya, dengan memberikan model-model pembelajaran yang dapat
membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. Guru diharapkan dapat mendesain
pembelajaran sehingga menjadi lebih menarik bagi siswa. Salah satunya model
pembelajaran tersebut adalah model
pembelajaran Group
Investigation.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2005. Strategi
Belajar Mengajar. Bandung:
Pustaka Setia.
Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah. 2005. Pelatihan
Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Matematika.
Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Krismanto, Al. 2003. Beberapa
Teknik, Model dan Strtategi dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Dirjen
Dikdasmen PPPG Matematika.
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Purwanto, Ngalim. 1990. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Slameto. 1988. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Winkell. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.
MODEL
PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
PADA
MATERI SEGIEMPAT DAN SEGITIGA
PENDAHULUAN
“Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan
tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan
meliputi segenap aspek pribadi” (Ahmadi, 2005: 17). Hasil dari kegiatan belajar mengajar tercermin
dalam perubahan perilaku yang terlihat dari diri siswa.
“Proses belajar mengajar
adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang terorganisasi” (Ahmadi, 2005:
33). Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar tersebut terarah
sesuai tujuan pendidikan. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang
menantang dan merangsang para siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan
kepuasan serta dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Di dalam proses belajar
mengajar yang sangat berperan adalah seorang guru. Guru harus memiliki
kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik dan pengajar. Proses pembelajaran
memerlukan perencanaan yang sistematis agar hasil belajar yang diharapkan akan
lebih baik. Guru harus dapat memilih suatu model, strategi dan metode yang
tepat sehingga siswa dapat mengerti tujuan yang ingin disampaikan guru kepada
mereka. Dengan model, strategi dan metode belajar yang tepat maka diharapkan
proses belajar mengaja dapat berlangsung sesuai dengan yang diharapkan,
khususnya pada pelajaran matematika yang merupakan ilmu pasti yang menuntut
pemahaman dan ketekunan berlatih.
Matematika merupakan pelajaran
yang dianggap sulit dan kurang disukai oleh siswa. Siswa beranggapan pelajaran matematika
itu tidak diperlukan dalam kehidupan nyata, sehingga mereka menjadi malas untuk
belajar matematika. Hal ini bisa dilihat dari nilai matematika yang selalu
lebih rendah dibandingkan dengan pelajaran lain. Rendahnya minat belajar siswa
terhadap pelajaran matematika mengakibatkan rendah pula pada hasil belajarnya.
Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini adalah kurang menariknya proses belajar
mengajar yang terjadi di dalam kelas.
Salah satu
cara untuk meningkatkan minat belajar siswa dan diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa adalah dengan merubah kondisi atau lingkungan belajar
sehingga lebih menyenangkan bagi siswa, seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi
(2005: 33). Salah satu faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam suatu
kelas adalah proses belajar mengajar yang berisi serangkaian peristiwa belajar
yang dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa. Salah satu model pembelajaran yang
diharapkan dapat meningkatkan minat belajar dan keaktifan siswa adalah model
pembelajaran Group Investigation
(Grup Penyelidikan).
Model pembelajaran Group Investigation ini merupakan model
pembelajaran kooperatif yang melibatkan seluruh siswa untuk mengembangkan sikap
sosial dan belajar bersama teman sekelompoknya dalam berbagai sikap positif.
Menurut Trianto (2007: 59), pada model pembelajaran Group Investigation ini siswa terlibat dalam perencanaan baik topik
yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Selain itu model
pembelajaran ini juga mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses
kelompok yang baik. Selanjutnya model pembelajaran ini menyiapkan siswa dengan
lingkup studi yang luas dan berbagai pengalaman belajar untuk memberikan
tekanan pada aktivitas positif para siswa (Krismanto, 2003: 15).
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Group Investigation, pembelajaran akan lebih menarik bagi siswa,
dan diharapkan dapat meningkatkan minat dan keaktifan siswa terhadap pelajaran matematika.
Serta secara tidak langsung juga akan bepengaruh terhadap hasil belajar mereka.
PEMBAHASAN
1. Belajar
Dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan
belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.
Menurut Slameto (2003: 2), “Belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.” Pendapat yang sama dikemukakan oleh Winkell
(1996: 53), “Belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu
bersifat relatif konstan dan berbekas.” Menurut Ahmadi (2005: 17), “Belajar
adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya
tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi.”
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tersebut
tidak hanya menyangkut pengetahuan dan pemahaman, tetapi juga dalam bentuk
kecakapan, keterampilan, sikap, minat, dan seluruh aspek pribadi.
2. Model Pembelajaran
Model pembelajaran menurut Joyce (dalam Trianto, 2007:
5) adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembeajaran dalam tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya
buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya Joyce
menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain
pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen
dan Kauchak (dalam Trianto, 2007: 5) bahwa model pembelajaran memberikan
kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
Menurut Depdiknas (2005: 3), “Model pembelajaran
merupakan suatu konsepsi untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan
tertentu. Dalam model mencakup strategi, pendekatan, metode maupun teknik.”
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus
(Depdiknas, 2005: 4) yaitu:
1.
rasional teoritik yang logis
yang disusun oleh penciptanya,
2. tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
3. tingkah laku mengajar yang diperlukan agar
model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan
4. lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran itu dapat tercapai.
“Dalam mengajarkan suatu pokok
bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai” (Trianto, 2007: 9). Oleh karena itu dalam
memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan, misalnya materi
pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang
tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
atau suatu konsepsi yang digunakan sebagai pedoman unutk mengajar suatu materi
agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dalam memilih
suatu model pembelajaran harus mempertimbangkan materi, tingkat perkembangan
kognitif siswa, sarana atau fasilitas, dan lain-lain.
3. Model Pembelajaran Group
Investigation
Model pembelajaran Group Investigation atau Investigasi
Kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks (Trianto,
2007: 59). Pada model pembelajaran ini siswa terlibat dalam perencanaan baik
topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Selain itu
model pembelajaran ini juga mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses
kelompok yang baik.
Menurut Krismanto (2003: 15), “Model
pembelajaran Group Investigation atau
Grup Penyelidikan ini menyiapkan siswa dengan lingkup studi yang luas dan
berbagai pengalaman belajar untuk memberikan tekanan pada aktifitas positif
para siswa.”
Ada empat karakteristik pada
model pembelajaran ini (Krismanto, 2003: 15), yaitu:
1.
Kelas dibagi ke dalam
sejumlah kelompok (grup).
2.
Kelompok siswa dihadapkan pada
topik dengan berbagai aspek untuk meningkatkan daya kuriositas (keingintahuan)
dan saling ketergantungan yang positif di antara mereka.
3.
Di dalam kelompoknya siswa
terlibat dalam komunikasi aktif untuk meningkatkan keterampilan cara belajar.
4. Guru bertindak selaku sumber belajar dan
pimpinan tak langsung, memberikan arah dan klarifikasi hanya jika diperlukan,
dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Langkah-langkah pelaksanaan
model investigasi kelompok meliputi enam fase (Sharan dkk, 1984, dalam Trianto,
2007: 59) yaitu:
a. Memilih Topik
Siswa memilih subtopik khusus
di dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru.
Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok
menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya
heterogen secara akademis maupun etnis.
b. Perencanaan Kooperatif
Siswa dan guru merencanakan
prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik
yang telah dipilih pada tahap pertama.
c. Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang
telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya
melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan
siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik di dalam atau di luar
sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan
bantuan bila diperlukan.
d. Analisis dan Sintesis
Siswa menganalisis dan
mensintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan
bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik
sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.
e. Presentasi Hasil Final
Beberapa atau semua kelompok
menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas,
dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam
pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi
dikoordinasi oleh guru.
f. Evaluasi
Dalam hal kelompok-kelompok
menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi
tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan.
Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.
4. Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas merupakan prinsip
atau azas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Tidak ada
belajar kalau tidak ada aktivitas (Sardiman, 2007:95). Dalam diri masing-masing
siswa terdapat “prinsip aktif” yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri.
Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya. Pembelajaran perlu mengarahkan
tingkah laku menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan.
Pendidikan modern lebih
menitikberatkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar sambil bekerja.
Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta
perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Sistem pembelajaran dewasa ini
sangat menekankan pada pendayagunaan asas keaktifan (aktivitas) dalam proses
belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Diedrich (dalam Hamalik, 1994:90) jenis-jenis aktivitas
siswa dapat digolongkan sebagai berikut:
a.
Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar,
mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau
bermain.
b.
Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau
prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,
mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.
c.
Kegiatan-kegiatan mendengarkan:
mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok,
mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.
d.
Kegiatan-kegiatan menulis: menulis
cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa
atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar,
membuat grafik, diagram, peta, pola.
f. Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan,
memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan
permainan (simulasi), menari, berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan,
mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan
hubungan-hubungan, membuat keputusan.
h.
Kegiatan-kegiatan emosional:
minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
aktivitas siswa dapat dilihat dari perilaku siswa yang muncul selama proses
pembelajaran.
5. Hasil Belajar Siswa
Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur
dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa (Sudjana, 1987:45). Hasil
belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari
dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang
dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil
belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark (dalam Sudjana, 1987:39)
bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan
30% dipengaruhi oleh lingkungan. Salah satu lingkungan belajar yang paling
dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah, ialah kualitas pengajaran. Yang
dimaksud dengan kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif
tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh sebab
itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan
kualitas pengajaran. Hasil belajar yang baik hanya dapat dicapai melalui proses
pembelajaran yang efektif dan produktif. Jika proses belajar mengajar tidak
optimal, maka sulit untuk mencapai hasil belajar yang baik.
Untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan suatu evaluasi. Evaluasi
hasil belajar adalah keseluruhan pengukuran (pengumpulan data dan informasi),
pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat
hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar
mengajar (Hamalik, 1994:159).
Alat untuk mengukur evaluasi adalah satunya adalah tes.
Tes yang dimaksud di sini adalah untuk mengukur kemampuan siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil dari tes disajikan dalam bentuk angka atau
nilai tertentu. Nilai yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar.
Untuk mengetahui bahwa suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil yaitu
apabila Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan dapat tercapai.
6. Materi
Segiempat dan Segitiga
Materi segiempat dan segitiga adalah materi
yang diajarkan pada kelas VII semester II. Dari pengalaman penulis mengajarkan
materi ini, diketahui bahwa materi ini merupakan salah satu materi yang
membosankan bagi siswa, bahkan dianggap kurang menarik, karena materi ini
banyak membahas tentang sifat-sifat dari segiempat dan segitiga yang merupakan
lanjutan dari materi yang didapat oleh siswa di SD.
Hal ini tentunya memberikan pengaruh
terhadap hasil belajar mereka pada materi ini. Padahal materi segiempat dan
segitiga ini sangat diperlukan, karena akan berkelanjutan pada materi bangun
ruang.
Materi Segiempat dan segitiga membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk dibahas dan selama ini, metode ataupun model yang
digunakan selalu monoton dan kurang menarik. Hasil yang diharapkan yang berupa
kemampuan siswa untuk memahami konsep segiempat dan segitiga terkadang malah
tidak tercapai. Untuk itulah diperlukan suatu
model ataupun metode yang dapat membangkitkan minat siswa untuk memahami
materi ini.
Pada pembelajaran materi segiempat dan
segitiga ini dimulai dengan mengingatkan siswa kepada bangun-bangun datar yang
merupakan pengetahuan prasyarat untuk mempelajari sifat-sifat dari bangun datar
tersebut. Selanjutnya pembelajaran didesain sedemikian rupa sehingga siswa termotivasi dan mau berpatisipasi aktif dalam
belajar.
Model
pembelajaran Group Investigation atau
Investigasi Kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang diharapkan dapat menarik minat siswa untuk belajar
materi segiempat dan segitiga. Model pembelajaran ini mengajar siswa keterampilan berkomunikasi dan bekerja dalam
kelompok dengan baik. Langkah-langkah pada pembelajaran
ini adalah diawali dengan memilih topik, yang dalam hal ini bangun-bangun
segiempat dan segitiga yang masing-masing kelompok berbeda. Selanjutnya
kelompok tersebut merencanakan penyelidikan terhadap materi yang mereka dapatkan.
Tahap yang paling
penting adalah siswa mengimplementasikan atau menerapkan rencana yang telah
mereka buat. Pada pembelajaran ini siswa menyelidiki sifat-sifat segiempat dan
segitiga dengan beragam aktifitas. Di sini peran seorang guru sangat diperlukan
untuk membimbing siswa dalam beraktifitas dan berdiskusi dalam kelompok.
Tahap selanjutnya,
setiap kelompok mengalisis hasil kerja kelompok mereka dan membuat suatu
kesimpulan dari hasil penyelidikan kelompok. Setelah setiap kelompok membuat
kesimpulan, mereka diminta untuk menyajikan atau mempresentasikan hasil kerja
kelompok mereka, dan kelompok-kelompok yang lain ikut menanggapi. Di sini
seorang guru berperan memandu jalannya diskusi kelas. Dari diskusi kelas yang
dilaksanakan diharapkan siswa mendapatkan informasi yang banyak, karena
masing-masing kelompok membahas aspek yang berbeda.
Pada
tahap akhir, guru memberikan evaluasi, baik berupa penilaian kelompok maupun
individual. Penilaian disini bukan hanya melihat hasil akhir dari pekerjaan siswa,
tetapi juga melihat proses pembelajaran yang dilalui oleh siswa. Dari
pembelajaran yang dibahas diharapkan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam
belajar materi segiempat dan segitiga yang tentunya akan berpengaruh terhadap
hasil belajar mereka. Pada pembelajaran ini guru juga mendapatkan suatu
pengalaman untuk merubah pembelajaran yang selama ini dianggap membosankan dan
kurang menarik menjadi pembelajaran yang penuh aktifitas dan menarik serta
bermakna.
PENUTUP
Salah satu cara untuk meningkatkan minat belajar siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah
dengan merubah kondisi atau lingkungan belajar sehingga lebih
menyenangkan bagi siswa. Melalui model pembelajaran Group
Investigation, diharapkan siswa dapat termotivasi
untuk lebih aktif dalam belajar dan membangun sendiri
pengetahuan mereka serta menemukan langkah-langkah dalam mencari penyelesaian dari suatu
materi. Dengan demikian pembelajaran
akan menjadi lebih menarik, lebih menyenangkan dan bermakna.
Guru diharapkan berani mengadakan perubahan
di dalam kelasnya, dengan memberikan model-model pembelajaran yang dapat
membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. Guru diharapkan dapat mendesain
pembelajaran sehingga menjadi lebih menarik bagi siswa. Salah satunya model
pembelajaran tersebut adalah model
pembelajaran Group
Investigation.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2005. Strategi
Belajar Mengajar. Bandung:
Pustaka Setia.
Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah. 2005. Pelatihan
Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Matematika.
Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Krismanto, Al. 2003. Beberapa
Teknik, Model dan Strtategi dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Dirjen
Dikdasmen PPPG Matematika.
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Purwanto, Ngalim. 1990. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Slameto. 1988. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Winkell. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar