PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
Makalah
Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan
Universitas PGRI Palembang
Senin, 27 Juni 2011
Oleh:
NURHAYATI
Pemerintah Kota Palembang
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
SMA NEGERI
15 PALEMBANG
2011
PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Abstrak
Pandangan bahwa
siswa membangun pengetahuan sendiri berdasar pengalaman dikenal dengan istilah
konstruktivisme. Intinya siswa secara aktif membangun pengetahuan dan maknanya
dari pengalaman-pengalaman mereka sendiri baik secara individu maupun sosial.
Konsruktivisme merupakan salah satu
alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan oleh para guru
matematika dalam mengembangkan kemampuan siswa berpikir, bernalar, komunikasi,
dan pemecahan masalah baik dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam makalah ini selain tujuan
dari pendekatan konstruktivis, juga dibahas mengenai kondisi objektif di
lapangan, kendala-kendala yang mungkin timbul, serta kesukaran-kesukaran yang
di hadapi guru dalam menggunakan pendekatan ini. Dan diberikan satu contoh RPP
serta LKS pada materi perkalian dua
matriks yang menggunakan pendekatan konstruktivisme.
Kata Kunci:
Pendekatan, Konstruktivisme, Pembelajaran.
PENDAHULUAN.
Di era globalisasi saat ini, arus informasi mengalir deras seolah
tanpa hambatan, menghantarkan ke suasana kehidupan semakin rumit (complicated), cepat berubah dan sulit
diprediksi (unpredictable). Kondisi
ini membawa persaingan yang sangat ketat untuk mendapatkan kehidupan yang
layak. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, pembelajaran di sekolah harus didesain
sedemikian rupa sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menumbuh
kembangkan kemampuan mereka secara maksimum.
Matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah
memiliki peranan penting karena matematika merupakan mata pelajaran yang
membekali peserta didik dengan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis,
dan kreatif, sebagaimana yang terdapat di dalam kurikulum KTSP mata pelajaran
matematika (dalam Depdiknas, 2006), yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut
1.
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
2.
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3.
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4.
Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5.
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Dalam
upaya pencapaian tujuan tersebut, seorang guru
dituntut keprofesionalannya untuk menyiapkan dan mengolah proses pembelajaran
yang berfokus pada kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Oleh karena itu, guru harus mampu
mendesain pembelajaran matematika dengan metode atau pendekatan yang mampu membelajarkan
siswa, menjadikan siswa sebagai subjek, bukan lagi sebagai objek belajar.
Sehingga efek dari pembelajaran matematika tersebut akan menjadikan siswa
memiliki kemampuan penalaran, komunikasi, koneksi, dan mampu memecahkan
masalah.
Konsruktivisme merupakan salah satu alternatif pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan oleh para guru matematika dalam mengembangkan
kemampuan siswa berpikir, bernalar, komunikasi, dan pemecahan masalah baik
dalam pelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Von Glasserfeld
(dalam Suparno, 1997) diperlukan beberapa kemampuan berikut :
a.
Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman,
b. Kemampuan membandingkan, mengambil keputusan
(justifikasi) mengenai persamaan dan
perbedaan,
c. Kemampuan
untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada yang lain.
PEMBAHASAN
Kontruktivis berarti bersifat membangun.
Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme merupakan suatu aliran yang
berupaya membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Konstruktivisme berupaya membina suatu konsesus yang paling luas dan mengenai
tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia. (Jalaludin, dalam
Riyanto:143 ).
Pandangan klasik yang selama ini
berkembang adalah bahwa pengetahuan ini secara utuh dipindahkan dari pikiran
guru ke pikiran anak. Penelitian pendidikan sains pada tahun-tahun terakhir
telah mengungkapkan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran seseorang.
Pandangan terakhir inilah yang dianut oleh konstruktivisme.
Tujuan pembelajaran konstruktivistik ini
ditentukan pada bagaimana belajar, yaitu menciptakan pemahaman baru yang
menuntut aktivitas kreatif produktif dalam konteks nyata yang mendorong siswa
untk membentuk, mengubah atau mentransformasikan informasi baru.
Dalam teori, peran guru adalah menyediakan
suasana, mendesain dan mengarahkan kegiatan belajar bagi siswa agar benar-benar
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, dengan bekerja memecahkan masalah, menemukan segala
sesuatu untuk dirinya, dan berusaha dengan ide-ide yang dimilikinya.
Sistem pendekatan konstruktivis dalam
pembelajaran lebih menekankan pembelajaran top
down daripada bottom up, artinya
siswa memulai dengan masalah yang kompleks untuk dipecahkan, kemudian menemukan
(dengan bimbingan guru) keterampilan dasar yang diperlukan.
Implikasi Teori Konstruktivis
1.
Memusatkan perhatian kepada berpikir atau proses mental
anak tidak sekedar pada hasilnya. Disamping kebenaran jawaban siswa, guru juga
harus memahami proses yang digunakan siswa sehingga sampai pada jawaban
tersebut.
2.
Menggunakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri
keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas konstruktif,
penyajian pengetahuan jadi di (ready made)
tidak mendapat penekanan.
3.
Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran lebih
menekankan pengajaran Top Down daripada Botton Up.
4.
Discovery
Learning. Dalam discovery learning siswa didorong untuk belajar sendiri
secara mandiri.
5.
Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran khas
menerapkan Scafolding, dengan siswa
semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri.
Kendala Yang Mungkin Timbul Dalam Penerapan
Teori Belajar Dengan Pendekatan Konstruktivisme.
1.
Sulit mengubah keyakinan guru yang sudah terstruktur
bertahun-tahun menggunakan pendekatan tradisional.
2.
Guru konstruktivis dituntut lebih kreatif dalam
merencanakan pembelajaran dan memilih atau menggunakan media.
3.
Pendekatan konstruktivis menuntut perubahan sistem evaluasi,
yang mungkin belum bisa diterima oleh otoritas pendidik dalam waktu dekat.
4.
Fleksibilitas kurikulum mungkin masih sulit diterima
oleh guru yang terbiasa dengan kurikulum yang terkontrol.
5.
Siswa dan orang tua mungkin memerlukan waktu
beradaptasi dengan proses pembelajaran
yang baru.
Kondisi Objektif yang Perlu Dikembangkan di Lapangan
1.
Kurikulum disajikan dari kesatuan ke bagian dengan
penekanan konsep utama.
2.
Pembelajaran yang menimbulkan banyak pertanyaan dari
siswa sangat dihargai.
3.
Kegiatan kurikulum bertumpu pada sumber data primer dan
materi yang digunakan single text book.
4.
Siswa dianggap sebagai pemikiran.
5.
Pada umumnya guru berperilaku secara interaktif
menggunakan lingkungan sebagai media belajar.
6.
Guru mencari sudut pandang siswa dalam memahami konsep
yang disajikan guna keperluan pembelajaran lebih lanjut.
7.
Penelitian terjalin menjadi satu dengan pembelajaran
dan dilaksanakan dalam bentuk observasi terhadap kerja siswa/tampilan/tugas.
8.
Siswa bekerja dalam kelompok.
Tujuan Pendekatan Konstruktivis
1.
Memotivasi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa
itu sendiri.
2.
Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan
pertanyaan dan mencari sendiri jawabannya.
3.
Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian atau
pemahaman konsep secara lengkap.
4.
Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir
yang mandiri.
Contoh-Contoh Pembelajaran Konstruktivis
1.
Mendukung dan menerima otonomi dan inisiatif siswa.
2.
Menggunakan data mentah dan narasumber asli, bersama
bahan manipulatif, interaktif, dan nyata.
3.
Ketika memberi tugas, menggunakan istilah kognitif,
seperti klasifikasi, analisis, meramalkan, ciptakan atau bentuk.
4.
Memperbolehkan jawaban siswa menuntun pelajaran,
mengubah strategi pembelajaran dan mengubah isi.
5.
Mencari tahu tentang pengertian siswa akan konsep yang
diberikan sebelum membagi pengertian-pengertian mereka tentang konsep tersebut.
6.
Mendukung siswa untuk terlibat dalam dialog, baik
dengan guru atau sesama siswa.
7.
Mendorong siswa untuk bertanya dengan memberikan
pertanyaan terbuka yang mendalam dan juga mendorong siswa untuk mengajukan
pertanyaan satu dengan yang lainnya.
8.
Mencari perluasan dari tanggapan siswa.
9.
Mengajak siswa terlibat dalam pengalaman yang mungkin
bertentangan dengan hipotesis awal mereka dan kemudian mendorong adanya
diskusi.
10.
Memberikan waktu bagi siswa untuk membentuk hubungan
antara menciptakan metafora
(perumpamaan).
11.
Mengembangkan keinginan dari siswa dengan sering
menggunakan model lingkaran belajar (learning
cycle model).
Kesukaran Penyerapan Pembelajaran Dengan
Pendekatan Konstruktivis
1.
Guru merasa kesulitan memberikan contoh-contoh konkrit
dan realistik.
2.
Guru tidak ingin berubah, mereka tertutup/menahan diri
untuk berubah.
3.
Pengajaran secara tradisional bisa sukses dan
memperoleh nilai tinggi, mengapa harus berubah?
4.
Guru berpikir bahwa pembelajaran konstruktivis
memerlukan lebih banyak waktu.
5.
Beban guru sudah terlalu banyak (overload). Mereka
lebih suka rutinitas.
6.
Belum adanya alat-alat laboratorium yang cukup memadai.
7.
Harapan orang tua adalah terfokus pada hasil belajar
sedangkan guru pada proses belajar.
8.
Guru mengajar menurut cara bagaimana meraka diajar saat
kuliah, perubahan dalam praktik mengajar memerlukan perubahan cara mengajar
dosen.
9.
Guru masih beranggapan bahwa mengajar itu menghadapai
test akan menekankan drilling dan skill.
10.
Terlalu banyak mata pelajaran yang harus dipelajari.
11.
Guru mengajar diluar mata pelajaran.
12.
Problem yang lain adalah guru yang tidak memenuhi
kualifikasi.
13.
Siswa mengharapkan informasi dari guru, mencatat, dan
tes pilihan ganda.
14.
Siswa lebih terbiasa dengan pembelajaran terpusat pada
guru.
15.
Siswa beranggapan bahwa bertanya itu tidak sopan.
16.
Tempat duduk siswa permanent.
Contoh RPP dan LKS dalam Pembelajaran
Matematika
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) - I
Nama
Sekolah : SMA Negeri 15
Palembang
Mata
Pelajaran : Matematika
Kelas/semester : XII/Gazal
Program : IPA
Alokasi
waktu : 2 x 45 menit
A. Standar
Kompetensi
3. Menggunakan konsep matriks, vektor, dan
transformasi dalam pemecahan masalah
B. Kompetensi
Dasar
3.1
Menggunakan sifat-sifat dan operasi matriks untuk menunjukkan bahwa
suatu matriks persegi merupakan invers dari matriks persegi lain
C. Indikator
Pembelajaran
1.
Menyusun tabel dari situasi masalah yang diberikan.
2.
Menyatakan tabel kedalam bentuk matriks.
3.
Merumuskan hubungan matriks-matriks sebagai bentuk perkalian.
4.
Menyelidiki ordo-ordo pasangan matriks yang dikalikan dan matriks hasilnya.
5.
Menentukan syarat dua matriks dapat dikalikan
D. Materi
Pokok
Perkalian dua matriks.
E. Metode
/ Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : konstruktivisme
Metode
Pembelajaran : Diskusi kelompok,
Presentasi, Diskusi Kelas
F. Sarana
Pembelajaran
LKS, Buku Referensi, Alat tulis.
G. Langkah-langkah
Pembelajaran
Tahapan Pembelajaran
|
Alokasi Waktu
|
Kegiatan Pendahuluan
1.
Guru memberikan gambaran tentang teknis pelaksanaan
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme, metode pembelajarannya, serta tugas dan aktivitas yang akan
dilakukan siswa.
2.
Siswa diingatkan kembali tentang penjumlahan,
pengurangan, perkalin matriks dengan bilangan real.
|
5’
5’
|
Kegiatan Inti
1.
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri
dari 4 atau 5 orang.
2.
Siswa diberikan soal yang berkaitan dengan
materi perkalian dua matriks yang terdapat pada LKS. Siswa mendiskusikan masalah
yang terdapat pada LKS sehingga siswa dapat menyusun tabel, menyatakan tabel
ke bentuk matriks,dan merumuskan hubungan perkalian matriks. Selama siswa mengerjakan, guru mengamati
pekerjaan siswa sambil mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan mengerjakan
LKS.
3.
Kelompok terpilih mempresentasikan hasil diskusinya,
sementara kelompok yang lain menanggapi. Guru sebagai pemimpin diskusi kelas.
4.
Siswa
mengerjakan soal-soal berikutnya.
|
5’
20’
30’
20’
|
Kegiatan Penutup
1.
Siswa diarahkan untuk menyimpulkan tentang konsep perkalian
dua matriks.
2.
Siswa diberikan soal-soal untuk dikerjakan di rumah.
|
5’
|
H. Evaluasi
Jenis tagihan : tes formatif dan aktivitas dalam kelompok
Bentuk tagihan : tes uraian
SOAL-SOAL PENGANTAR KE PERKALIAN
DUA MATRIKS
- Bu Rina membeli beras dan gula di dua tempat yang berbeda. Di warung I, ia membeli 3 kg beras dan 2 kg gula, sedangkan di warung II, ia membeli 4 kg beras dan 3 kg gula. Harga beras dan gula di kedua warung tersebut sama yaitu Rp 2.500,00 dan Rp 4.000,00 per kg. Berapa uang yang di keluarkan Bu Rina?
- Arfian dan Kiki membeli apel dan jeruk di toko yang sama, dengan harga apel Rp 1500,00 per buah dan jeruk Rp 800,00 per buah. Jika Arfian membeli 8 buah apel dan 7 buah jeruk dan Kiki membeli 5 buah apel dan 6 buah jeruk, maka hitunglah jumlah uang yang harus dikeluarkan Arfian dan Kiki.
- Ketika jam istirahat, Romi dan Yuli membeli makanan di kantin sekolahnya. Romi menghabiskan 4 buah kue dan 2 es krim. Yuli menghabiskan 3 buah kue dan 1 es krim. Harga per buah untuk kue dan es krim masing-masing Rp1.000,00 dan Rp 2.500,00. Berapa uang yang harus dibayar oleh Romi dan Yuli?
- Adi dan Budi membeli buku tulis dan pensil pada suatu toko dengan harga masing-masing buku tulis Rp 2.500,00 dan pensil Rp 2.000,00. Jika Adi membeli 3 buku tulis dan 1 pensil, sedangkan Budi membeli 5 buku tulis dan 2 pensil. Hitunglah banyaknya uang yang dibayarkan oleh Adi dan Budi.
- Sebuah pompa bensin, pada hari senin berhasil menjual 1.400 L solar, 3.000 L premium dan 1.000 L pertamax. Adapun untuk hari selasa, terjual 1.200 L solar, 3.200 L premium dan 700 L pertamax. Harga solar, premium dan pertamax per liter berturut-turut adalah Rp 5.500,00, Rp 4.500,00 dan Rp 8.000,00. Berapakah penghasilan pompa bensin tersebut pada hari senin dan selasa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar