BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sebagaimana yang telah
diamanatkan oleh UU No.12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka dan revitalisasi Gerakan
Pramuka yang telah dicanangkan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang
Yudhoyono pada tahun 2006 serta sesuai dengan tema Hari Pramuka ke-51 yakni
Tingkatkan Kemandirian Gerakan Pramuka untuk Keberhasilan Karakter Kaum Muda, maka
kiranya seluruh komponen mulai memikirkan dan berupaya untuk membentuk unit usaha
yang dimaksud.
Dalam kurun waktu tujuh
tahun terakhir, semua bisa melihat bahwasanya revitalisasi Gerakan Pramuka dengan
tiga sasaran pokoknya yaitu 1) Memperkuat dasar hukum Gerakan Pramuka sebagai
organisasi pendidikan nonformal di tanah air; 2)pembaharuan sistem pendidikan
kepramukaan; 3)kemandirian organisasi telah berhasil merubah cara pandang
masyarakat terhadap Gerakan Pramuka.
Selaku penyelenggaraan pendidikan kepramukaan, Gerakan Pramuka memang
mempunyaii peranan besar dalam pembentukan kepribadian generasi muda. Peranan
itulah yang saat ini telah menjadi dambaan utama masyarakat Indonesia.
Sayangnya, Gerakan
Pramuka yang begitu populer di era Orde baru kini lesu pasca reformasi. Kenyataan
mengatakan walau secara angka menunjukkan jumlah anggota pramuka Indonesia
terbanyak di dunia yaitu mencapai 21 juta dari jumlah seluruh dunia yang
diperkirakan 30 juta.
Namun pelaksanaan di lapangan,
di sekolah-sekolah, ekstrakurikuler kepramukaan sedikit peminat, berbeda dengan
bidang lain. Misalnya: paskib, PMR, PKS, KIR, Rohis, dan sebagainya. Jumlah
yang banyak hanya diperoleh dari data siswa yang memakai seragam pramuka saja,
bukan dari berapa banyak siswa yang mengikuti kegiatan kepramukaan secara
aktif. Penurunan ini bukan hanya pada kuantitasnya saja tapi terjadi penurunan
pada kualitas juga.
Menurut pengamatan
penulis, Gerakan Pramuka yang menempel pada sistem pendidikan formal terlihat
terlalu menekankan pemahaman akademis dan kurang menyenangkan.
Untuk itu Gerakan Pramuka
di era modern ini perlu inovasi kreatif agar tetap mampu menarik perhatian
siswa. Menjadi gerakan yanh fleksibel, menyenangkan, dan tentu tidak
meninggalkan fungsinya menjadi media pendidikan berkarakter, pendidikan
kebangsaan, serta pengajaran dan pelatihan soft skill seperti komunikasi,
kepercayaan diri, kewirausahaan dan kepemimpinan. Metode pembelajaran dan
kegiatan harus dimodifikasi dan mengikuti perkembangan teknologi.
Seharusnya dengan
mendapat sokongan penuh dari pemerintah melalui APBN dan APBD serta perlindungan
hukum UU No.12 tahun 2010, Gerakan Pramuka dapat melebarkan sayap untuk
menjawab tantangan perkembangan zaman dan sesegra mungkin menginovasi diri
membaur dalam modernisasi.
1.2.
Permasalahan
a. Apa yang menyebabkan penurunan
kuantitas dan kualitas kegiatan kepramukaan?
b. Bagaimana usaha untuk mewujudkan
kemandirian Gerakan pramuka?
1.3.
Tujuan
a. Untuk mengetahui penyebab penurunan kuantitas
dan kualitas kegiatan kepramukaan.
b. Mengetahui usaha apa saja yang dapat
dilakukan dalam rangka mewujudkan kemandirian Gerakan pramuka.
BAB. II
PEMBAHASAN
2.1.
Penyebab Turunnya Kuantitas dan
Kualitas Kegiatan kepramukaan
Beberapa hal yang
menyebabkan penurunan jumlah peserta didik yang aktif dan kurang semaraknya
kegiatan kepramukaan di era reformasi ini adalah:
2.1.1. Kurang populer atau kurang menarik minat kaum muda.
seorang siswa sebuah
sekolah terang-terangan mengatakan dirinya tidak tertarik untuk ikut kegiatan
Pramuka. Imej-imej negatif yang menempel pada Pramuka, semisal hanya berkutat
pada seputar tali-temali, camping atau api unggun, sehingga terkesan kuno
rupanya telah menjangkiti generasi muda kita.
Padahal jika dicermati, pramuka adalah kegiatan yang luar biasa. Pengaruh pramuka terhadap pembentukan kepribadian seseorang sangatlah besar. Karakter positif seseorang dapat dibentuk melalui organisasi pramuka. Ketakwaan, cinta alam dan kasih sayang, patriot dan ksatria, patuh dan suka bermusyawarah, rela menolong dan tabah, rajin, terampil dan gembira, dan semacamnya adalah nilai-nilai yang senantiasa diajarkan di dalam kegiatan kepramukaan. Begitu positifnya kegiatan pramuka, sayangnya belakangan ini terlihat adanya penurunan minat generasi muda terhadapnya.
Padahal jika dicermati, pramuka adalah kegiatan yang luar biasa. Pengaruh pramuka terhadap pembentukan kepribadian seseorang sangatlah besar. Karakter positif seseorang dapat dibentuk melalui organisasi pramuka. Ketakwaan, cinta alam dan kasih sayang, patriot dan ksatria, patuh dan suka bermusyawarah, rela menolong dan tabah, rajin, terampil dan gembira, dan semacamnya adalah nilai-nilai yang senantiasa diajarkan di dalam kegiatan kepramukaan. Begitu positifnya kegiatan pramuka, sayangnya belakangan ini terlihat adanya penurunan minat generasi muda terhadapnya.
Secara kuantitas, Pramuka pernah mengalami lonjakan yang dahsyat, namun
bersama melonjaknya jumlah anggota tersebut, justru kualitasnya semakin
menurun. Banyak orang yang ikut Pramuka bukan karena kesadaran bahwa kegiatan
itu akan memberikan manfaat bagi pembentukan karakter positif, namun lebih
karena "dipaksa". Begitu boleh memilih, hampir tak tersisa lagi
anggota yang bergabung. Karena asas kesukarelaan berubah menjadi kewajiban tanpa
disertai tambahan keterampilan yang memadai, maka Gerakan Pramuka menjadi
mandeg.
Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka serta Kode Etik-nya memang tak
terbantahkan, bahwa Gerakan Pramuka mempunyai tujuan yang sangat mulia dalam
membina generasi muda. Namun yang terjadi, sejak kejar target sejuta anggota,
praktik gerakan ini menjadi berubah. Di sekolah-sekolah, Pramuka berubah
menjadi sekadar gerakan memakai baju Pramuka setiap hari Jum’at atau Sabtu.
Setelah itu tanpa ada upaya menambah wawasan dan keterampilan kepramukaan.
Karena memakai baju Pramuka tanpa ujian dan keterampilan, maka kebanggaan
sebagai anggota menjadi luntur, bahkan menghilang. Karena Pramuka menjadi tidak
memiliki tantangan dan keterampilan, maka gerakan ini menjadi kehilangan fokus
di benak anak muda. Akibatnya ia tak lagi menjadi denyut jantung anak muda.
2.1.2. Merosotnya kualitas pembinaan.
Merosotnya
kualitas pembinaan di sanggar-sanggar Pramuka, membuat keberadaannya menjadi
sekadar formalitas, sekadar menjadi pelengkap struktur di sekolah-sekolah.
Kemandekan Pramuka yang sangat lama itu telah menyebabkan gerakan ini tidak
menyadari telah kehilangan keterampilan dasarnya. Keterampilan-keterampilan
dasar Gerakan Pramuka justru telah dimanfaatkan oleh anak-anak muda kita untuk
lebih mendapatkan jawaban akan hasrat mudanya. Keterampilan kepramukaan seperti
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) secara khusus telah dimanfaatkan oleh
anggota Palang Merah Remaja (PMR), baris-berbaris dimanfaatkan dengan sangat
baik oleh Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), pengetahuan kepolisian
dimanfaatkan oleh anggota Polisi Sekolah, keterampilan hidup di alam bebas
telah dengan baik dimanfaatkan oleh siswa pencinta alam. Inilah yang disebut
misteri kehilangan. Para pembina, instruktur dan anggota Gerakan Pramuka tidak
menyadari bahwa mereka telah kehilangan keterampilan dasarnya. Kemerosotan
sanggar-sanggar pramuka juga disumbang oleh faktor keterbatasan dana juga
minimnya jumlah Pembina. Tak jarang, karena kondisi ini terjadi penurunan
kinerja tenaga pramuka.
Jika dicermati, menurunnya minat terhadap pramuka ini terjadi sejak era globalisasi, di mana begitu banyak persaingan ataupun daya tarik kegiatan dan organisasi lainnya yang lebih mampu menarik minat anak muda. Sebuah perubahan metode pendekatan dan bentuk kegiatan pramuka saat ini sangat diperlukan untuk menjadikan pramuka kembali disukai dan diminati. Yang lebih mungkin dihidupkan adalah pelebaran sayap kegiatan.
Untuk itu, berbagai upaya peningkatan kualitas pembinaan, perluasan keterampilan serta pembenahan organisasi dan manajemen harus dilakukan. Gerakan Pramuka yang tanpa keterampilan dengan brand image yang lemah, perlu segera diselamatkan dengan jalan sesegera mungkin mengadakan reposisii dan revitalisasi. Reposisi bisa berarti: penempatan kembali ke posisi semula; penataan kembali posisi yang ada, dan penempatan ke posisi yang berbeda.
Karena gerakan ini sudah kehilangan fokus pembinaannya sehingga ditinggalkan para kawula muda, maka kembali ke asas dan prinsip dasar gerakan semula merupakan langkah awal yang patut dipertimbangkan. Peningkatan kemampuan pembina dan instruktur perlu ditingkatkan secara mendasar dan mendalam. Kursus-kursus pembina dan instruktur itu semestinya bukan sekadar pembinaan mental di ruang-ruang kelas seperti yang sering dilakukan selama ini. Langkah awal ini adalah jalan agar para pembina dan instruktur di sanggar-sanggar mempunyai keterampilan dasar kepramukaan yang andal dan teruji, bukan sekadar bisa tepuk Pramuka atau menyanyi Di Sana Senang di Sini Senang.
Karena kemahiran dan keterampilan dasar gerakan kepramukaan itu mutlak dikuasai oleh para pembina dan instruktur, maka para pembina dan instruktur itulah yang harus menjadi prioritas pembinaan dalam langkah pertama. Langkah kedua bila pembina dan instruktur sudah mahir dalam keterampilan dasar Gerakan Pramuka, maka anak-anak muda itu dilatih keterampilan-keterampilan dasar kepramukaan tersebut. Berlatih dan terus berlatih sehingga terampil dan mahir. Tanpa latihan yang baik, tidak akan ada keterampilan. Karena tak memiliki keterampilan, maka anggotanya tak akan mempunyai kebanggaan.
Revitalisasi gerakan Pramuka merupakan langkah yang sangat bijaksana untuk bangkit dari keterpurukan. Revitalisasi adalah proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatan kembali. Salah satu cara untuk merevitalisasi Gerakan Pramuka agar kembali ke prinsip-prinsip dasarnya adalah dengan cara membuat strategi pembinaan yang lebih menyeluruh. Pada awalnya seluruh siswa dibekali keterampilan dasar Gerakan Pramuka, namun tidak dalam kemasan baju Pramuka, seperti: baris-berbaris, P3K, cara hidup di alam bebas, dan lain-lain sampai tingkat terampil dan mahir. Setelah itu mereka diperbolehkan memilih wadah mana yang akan diikutinya setelah mereka diberi keterampilan dasar tersebut.
Untuk itu peran seorang pembina pramuka perlu ditekankan kembali. Seorang pembina harus dapat mengarahkan anak bimbingnya dengan tekun dan intensif. Misalnya, dengan petunjuk yang detail, contoh yang baik, dan lain-lain. Pramuka akan tetap disenangi anak-anak muda jika pembina memiliki daya tarik khusus untuk mengemas kegiatan-kegiatan yang ada dengan lebih menarik dan lebih hidup. Pembina diharapkan kreatif melakukan kegiatan-kegiatan yang memancing minat generasi masa kini. Tidak hanya camping dan memancing, namun juga dimodifikasi dengan perkembangan teknologi dan minat anak seperti komputer, internet, dan lain-lain. Pramuka harus diformat ulang agar tidak kaku dan selalu dinamis dengan perkembangan zaman, tanpa harus kehilangan nilai luhurnya. Yang pasti, mereka bisa merasa lebih fun dan lebih tertantang pada kegiatan yang mereka ikuti.
Jika dicermati, menurunnya minat terhadap pramuka ini terjadi sejak era globalisasi, di mana begitu banyak persaingan ataupun daya tarik kegiatan dan organisasi lainnya yang lebih mampu menarik minat anak muda. Sebuah perubahan metode pendekatan dan bentuk kegiatan pramuka saat ini sangat diperlukan untuk menjadikan pramuka kembali disukai dan diminati. Yang lebih mungkin dihidupkan adalah pelebaran sayap kegiatan.
Untuk itu, berbagai upaya peningkatan kualitas pembinaan, perluasan keterampilan serta pembenahan organisasi dan manajemen harus dilakukan. Gerakan Pramuka yang tanpa keterampilan dengan brand image yang lemah, perlu segera diselamatkan dengan jalan sesegera mungkin mengadakan reposisii dan revitalisasi. Reposisi bisa berarti: penempatan kembali ke posisi semula; penataan kembali posisi yang ada, dan penempatan ke posisi yang berbeda.
Karena gerakan ini sudah kehilangan fokus pembinaannya sehingga ditinggalkan para kawula muda, maka kembali ke asas dan prinsip dasar gerakan semula merupakan langkah awal yang patut dipertimbangkan. Peningkatan kemampuan pembina dan instruktur perlu ditingkatkan secara mendasar dan mendalam. Kursus-kursus pembina dan instruktur itu semestinya bukan sekadar pembinaan mental di ruang-ruang kelas seperti yang sering dilakukan selama ini. Langkah awal ini adalah jalan agar para pembina dan instruktur di sanggar-sanggar mempunyai keterampilan dasar kepramukaan yang andal dan teruji, bukan sekadar bisa tepuk Pramuka atau menyanyi Di Sana Senang di Sini Senang.
Karena kemahiran dan keterampilan dasar gerakan kepramukaan itu mutlak dikuasai oleh para pembina dan instruktur, maka para pembina dan instruktur itulah yang harus menjadi prioritas pembinaan dalam langkah pertama. Langkah kedua bila pembina dan instruktur sudah mahir dalam keterampilan dasar Gerakan Pramuka, maka anak-anak muda itu dilatih keterampilan-keterampilan dasar kepramukaan tersebut. Berlatih dan terus berlatih sehingga terampil dan mahir. Tanpa latihan yang baik, tidak akan ada keterampilan. Karena tak memiliki keterampilan, maka anggotanya tak akan mempunyai kebanggaan.
Revitalisasi gerakan Pramuka merupakan langkah yang sangat bijaksana untuk bangkit dari keterpurukan. Revitalisasi adalah proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatan kembali. Salah satu cara untuk merevitalisasi Gerakan Pramuka agar kembali ke prinsip-prinsip dasarnya adalah dengan cara membuat strategi pembinaan yang lebih menyeluruh. Pada awalnya seluruh siswa dibekali keterampilan dasar Gerakan Pramuka, namun tidak dalam kemasan baju Pramuka, seperti: baris-berbaris, P3K, cara hidup di alam bebas, dan lain-lain sampai tingkat terampil dan mahir. Setelah itu mereka diperbolehkan memilih wadah mana yang akan diikutinya setelah mereka diberi keterampilan dasar tersebut.
Untuk itu peran seorang pembina pramuka perlu ditekankan kembali. Seorang pembina harus dapat mengarahkan anak bimbingnya dengan tekun dan intensif. Misalnya, dengan petunjuk yang detail, contoh yang baik, dan lain-lain. Pramuka akan tetap disenangi anak-anak muda jika pembina memiliki daya tarik khusus untuk mengemas kegiatan-kegiatan yang ada dengan lebih menarik dan lebih hidup. Pembina diharapkan kreatif melakukan kegiatan-kegiatan yang memancing minat generasi masa kini. Tidak hanya camping dan memancing, namun juga dimodifikasi dengan perkembangan teknologi dan minat anak seperti komputer, internet, dan lain-lain. Pramuka harus diformat ulang agar tidak kaku dan selalu dinamis dengan perkembangan zaman, tanpa harus kehilangan nilai luhurnya. Yang pasti, mereka bisa merasa lebih fun dan lebih tertantang pada kegiatan yang mereka ikuti.
2.2.
Pengertian Kemandirian
Kemandirian
merupakan perilaku yang aktivitasnya diarahkan pada diri sendiri serta tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain. Orang
yang mandiri bahkan akan berusaha memecahkan masalah sendiri tanpa meminta
bantuan dari orang lain.
Maka dari itu, kita harus bangkit
menjadi pribadi yang mandiri. Manusia yang mandiri tidak akan terwujud selama
ia tidak mempunyai sikap-sikap mandiri dan belajar menjadi pribadi yang
mandiri. Pribadi yang mandiri itu sendiri memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a.
Sikap mental yang baik.
b.
Memiliki keberanian.
c.
Menikmati proses.
Ada juga
beberapa karakter lain yang menunjukkan bahwa seseorang itu bisa dikatakan
mandiri, yaitu:
a.
Memiliki rasa tanggung jawab.
b.
Mempunyai inisiatif.
c.
Percaya diri.
d.
Berani bersaing
e.
Ulet dalam kemajuan.
2.3.
Mewujudkan Kemandirian Gerakan
Pramuka melalui Kewirausahaan
2.3.1.Pengertian Kewirausahaan.
Wira berarti utama, gagah, luhur,
berani, teladan atau pejuang. sedangkan Usaha berarti karya, kemauan untuk
mendapatkan sesuatu, kerja keras, berjuang dengan tabah dan ulet. dan Wira
Usaha adalah perilaku dengan penuh keberanian mengambil resiko, keutamaan
kreativitas dan ketauladanan dalam menangani usaha dengan berpijak pada kemauan
dan kemampuan sendiri.
Kewirausahaan adalah semangat, sikap, prilaku dan kemauan
seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya
mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalamrangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan
atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Asas
pokok kewirausahaan, adalah :
- Kemampuan yang kuat untuk berkarya dengan semangat kemandirian.
- Kamampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara sistematis termasuk keberanian mengambil resiko.
- Kemampuan berfikir dan bertindak secara kreatif dan inovatif.
- Kemampuan bekerja secara teliti, tekun dan produktif.
- Kemampuan dan kemauan untuk berkarya dalam kebersamaan berlandaskan etika bisnis yang sehat.
Kemampuan
dasar kewirausahaan, ialah :
- Memiliki rasa percaya diri.
- Memiliki sikap mandiri yang tinggi.
- Mau dan mampu mancari dan menangkap peluang usaha.
- Bekerja keras dan tekun.
- Memiliki kamampuan berkomunikasi.
- Membiasakan hidup terencana, jujur, hemat, tangguh, dan disiplin.
- Memiliki kemampuan kepemimpinan.
- Berfikir dan bertindak strategik.
- Berani mengambil resiko.
- Memiliki motivasi diri dan semangat bekerja.
- Kreatif.
- Inovatif.
Gerakan Pramuka adalah organisasi
pendidikan untuk kaum muda melalui kepramukaan yang didukung oleh orang dewasa
yang membantu mengembangkan pribadi kaum muda seutuhnya yang mantap : fisik,
intelektual, emosi, sosial, spritual, warga negara yang bertanggungjawab
dan sebagai warga masyarakat baik lokal, nasional maupun internasional, dengan
sasaran akhir sebagai manusia yang :
- Mandiri
- Peduli
- Bertanggungjawab, dan
- Teguh
Terwujudnya " Pramuka
Berkualitas " merupakan salah satu sasaran dari program prioritas
bidang Program Peserta Didik (Prodik).
Karakteristik
Pramuka berkualitas, adalah
- Memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang berjiwa Pancasila.
- Mau memberi banyak pengorbanan demi kejayaan nusa, bangsa dan negara yang di dorong oleh keinginan untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila.
- Berdisiplin, berfikir - bersikap - bertindak, tertib, sehat dan kuat mental - moral dan fisiknya.
- Memiliki patriotisme, menjiwai nilai - nilai yang diwariskan oleh para pahlawan dan pejuang bangsa, tangguh dan tidak tergoyahkan oleh berbagai godaan.
- Berkemampuan kuat, untuk berkarya dengan semangat kemandirian, berfikir dan bertindak secara kreatif dan inovatif, dapat dipercaya serta matang, berani dan mampu menghadapi tugas dan kesukaran, bersikap demokratis.
2.3.2.
Pemberdayaan Gudep dan SAKA
Gugus depan dan Satuan Karya
Pramuka ( SAKA ) merupakan:
- Ujung tombak Gerakan Pramuka.
- Wahana pembinaan langsung pada Pramuka.
- Cita, karsa, karya dan citra Gerakan Pramuka yang langsung dirasakan oleh masyarakat.
- Kunci keberhasilan Gerakan Pramuka.
- Tantangan bagi anggota dewasa.
dan
oleh karena itu :
- Gugus depan dan Satuan Karya Pramuka perlu terus diberdayakan sebagai wadah pendidikan yang dapat meningkatkan kualitas Pramuka.
- Pengorganisasian dan manajemen Gugus depan serta Satuan Karya Pramuka perlu diefektifkan dan diefisienkan.
- Perlu diciptakan kemanunggalan dengan masyarakat.
- Diperlukan adanya Pembina
sukarelawan yang memiliki kompetensi, dedikasi tinggi, efektif dan
efisien dalam membina kaum muda/peserta didik.
Pendidikan kewirausahaan dalam kepramukaan tidak mendidik kaum muda menjadi pengusaha tetapi mnendidik mereka agar memiliki jiwa dan semangat :
- percaya diri
- mandiri
- kreatif dan mampu menemukan peluang
- inovatif
- bekerja keras
- berdisiplin
- kepemimpin dan manajerial
- berfikir dan bertindak strategik
- berani mengambil langkah dan menanggung resiko
- Tersedianya Pembina Pramuka yang berkualitas, sehingga dapat menyelenggarakan kegiatan kepramukaan dengan sebaik - baiknya dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan.
- Tersusunnya PRODIK yang baik.
- Kemampuan Pembina dalam mengelola satuan.
- Mendayagunakan SKU, SKK DAN SPG dan usaha pemilikan TKU, TKK, dan TPG sebagai alat pendidikan.
- Satuan karya Pramuka sebagai wadah kegiatan Pramuka Penegak dan Pandega harus di berdayakan sehingga dapat menampung pengembangan bakat dan minat para Pramuka Penegak dan Pandega.
- Kegiatan kepramukaan disamping mempertebal IMTAQ juga kegiatan - kegiatan keterampilan dan teknologi yang pengembangan IPTEK.
- Bersama - sama para peserta didik Pembina Pramuka menyusun Program kegiatan Peserta didik ( PRODIK ).
- Sebelum melaksanakan Prodik, Pembina menganalisisnya lebih dahulu materi - materi Prodik, dan selanjutnya menyusun program pelaksanaan dengan memasuk - masukkan di bagian mana Pembina akan melancarkan materi - materi pendidikan kewirausahaan yang ada, diantaranya materi latihan yang dapat menamkan, mengembangkan, dan meningkatkan jiwa :
- percaya diri.
- kemandirian
- kemampuan kreatif dan inovatif yang mampu menciptakan peluang usaha
- disiplin
- Menggladi para pemimpin satuan agar mampu memimpin teman - temannya dalam pelaksanaan kegiatan.
- Memberikan kegiatan dengan pendekatan "learning by doing", "learning to earn" dan "earning to life"
Sudah
seharusnyalah bahwa pada kegiatan kepramukaan pada sasaran akhirnya merupakan
pembinaan watak, yang :
- berprilaku luhur yang berjiwa Pancasila.
- besemangat mengembangkan IMTAQ dan IPTEK.
- semangat kemandirian.
- semangat mengembangkan jiwa kewiraan dan kewirausahaan.
BAB.III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Dalam perkembangan
kepramukaan, hendaknya mempertimbangkan beberapa aspek yang dapat menghambat
ataupun menunjang kemandirian yang tertuang dalam Revitalisasi Gerakan Pramuka.
Salah satu target Revitalisasi adalah membuat Pramuka yang bukan hanya lebih
dalam kuantitas, tetapi juga mengedepankan kualitas dan mandiri.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah:
•
Menghidupkan,
mengaktifkan, dan mengembangkan gugus depan secara terus menerus.
•
Memperbanyak
pelatih dan pembina pramuka.
•
Memperkuat
kepemimpinan dan manajemen kwartir
•
Mengembangkan
sikap kewirausahaan
3.2.
Saran
Gugus depan sebagai garda
terdepan agar dapat melakukan revitalisasi, sehingga dapat menarik minat
peserta didik untuk kembali tertarik pada kegiatan kepramukaan.
Kwartir agar dapat
melakukan pembinaan terhadap gugus depan ataupun para pembina pramuka agar
tidak menyimpang dari PDK dan MK. Dan yang terpenting adalah dapat menciptakan
kemandirian peserta didik yang menuju ke mandirian Gerakan Pramuka.
DAFTAR PUSTAKA
AD & ART Gerakan Pramuka Tahun 2012.
Kwarnas. Jakarta 2012.
UU
No.12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar