Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Pada
Materi Turunan Kelas XI IPA Di SMA Negeri 15 Palembang.
- Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini arus
informasi mengalir deras seolah tanpa hambatan, menghantarkan ke suasana
kehidupan semakin rumit (complicated),
cepat berubah dan sulit diprediksi (unpredictable).
Kondisi ini membawa persaingan yang sangat ketat untuk mendapatkan kehidupan
yang layak.
Agar dapat menghadapi kondisi seperti
di atas, pendidikan (khususnya pembelajaran matematika) harus memberi bekal
yang cukup pada generasi penerus bangsa. Mereka harus dibekali dengan berbagai
kemampuan yang handal, antara lain kemampuan memperoleh, menganalisis dan
mengolah informasi dengan cermat serta kemampuan memecahkan masalah. Untuk
memenuhi tuntutan tersebut, pengajaran matematika di sekolah harus didesain
sedemikian rupa sehingga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menumbuh kembangkan kemampuan mereka secara maksimum.
Muhibbin (1999 : 130) Salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dibidang
pendidikan adalah dengan melihat prestasi belajar disekolah. Prestasi belajar
dipengaruhi oleh banyak factor yang menentukan keberhasilan study seseorang,
yaitu inteligensi, kepribadian, motivasi, lingkungan keluarga, lingkungan
teman, dan lain-lain.
Di SMA Negeri 15 Palembang
pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran klasikal maupun individual
secara langsung. Pada pembelajaran secara klasikal dengan isi kelas yang
mencapai 40 orang siswa yang heterogen sering kali terjadi ketimpangan.
Kemampuan individu menjadi kurang berkembang terutama untuk siswa dengan
kemampuan yan minimum.
Uno, (2006)
Kemampuan seseorang dalam menyerap informasi atau pelajaran berbeda
tingkatannya. Ada siswa yang cepat, sedang, bahkan lambat dalam menyerap
pelajaran.
Uno, (2003)
Menjelaskan lebih jauh bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dan interaksi dengan
lingkungannya.
Untuk menyelaraskan
kemampuan siswa serta mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika diperlukan
model pembelajaran kooperatif. Menurut Abdurahman (2003:1222), interaksi
kooperatif menuntut semua anggota dalam kelompok belajar dapat saling bertatap
muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru tetapi juga
sesame mereka.
Menurut
Johnson (2007:166), setiap bagian kelompok saling berhubungan sedemikian rupa
sehingga pengeahuan yang dipunyai seseorang akan menjadi output bagi yang lain
dan sebaliknya. Jika setiap individu berbeda membangun dengan cara seperti ini,
mereka membentuk kesatuan system yang lebih baik dibandingkan dengan seseorang
yang bekerja sendirian.
Dengan
pembelajaran model kooperatif diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran matematika.
Berdasarkan
uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai efektifitas model
pembelajaran kooperatif ditinjau dari
motivasi belajar siswa pada pokok bahasan turunan siswa kelas XI IPA di SMA
Negeri 15 Palembang.
- Rumusan Masalah
Perumusan
masalah dari penelitian ini adalah:
1.
Pada
pembelajaran kooperatif apakah hasil belajar matematika siswa dengan motivasi
belajar tinggi lebih baik daripada sedang dan siswa dengan motivasi belajar
sedang lebih baik daripada siswa dengan
motivasi belajar rendah.
2.
Pada
siswa dengan motivasi belajar tinggi, manakah yang memberikan hasil belajar
matematika lebih baik, model pembelajaran kooperatif atau model pembelajaran langsung.
3.
Pada
siswa dengan motivasi belajar sedang, manakah yang memberikan hasil belajar
matematika lebih baik pembelajaran model kooperatif atau model pembelajaran langsung.
4.
Pada
siswa dengan motivasi belajar rendah, manakah yang memberikan hasil belajar
lebih baik model pembelajaran atau model pembelajaran langsung.
- Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui efektifitas
pembelajaran kooperatif ditinjau dari motivasi siswa.
2.
Untuk mengetahui efektifitas
model pembelajaran kooperatif pada siswa dengan motivasi belajar tinggi
dibandingkan dengan pembelajaran langsung.
3.
Untuk mengetahui efektifitas
model pembelajaran kooperatif pada siswa
dengan motivasi belajar sedang dibandingkan dengan pembelajaran langsung.
4.
Untuk mengetahui efektifitas
model pembelajaran kooperatif pada siswa
dengan motivasi belajar rendah dibandingkan dengan pembelajaran langsung.
- Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberi manfaat bagi siswa, guru dan sekolah.
a.
Bagi siswa, dapat meningkatkan
motivasi serta kemampuan dalam pembelajaran matematika.
b.
Bagi guru, sebagai masukan
dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah.
c.
Bagi sekolah, dapat menerapkan
model pembalajaran kooperatif dalam
kegiatan pembelajaran lainnya serta dapat meningkatkan mutu pendidikan.
- Tinjauan Pustaka
F.1 Hakikat
Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin
dan pengembangan daya piker manusia. Oleh sebab itu, mata pelajaran matematika
perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk
membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis dan kreatif serta mempunyai kemampuan bekerjasama sehingga ia mampu
menghadapi tantangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.
Dalam hal ini pemerintah melalui Dinas Pendidikan Nasional terus berupaya
mengembangkan system pembelajaran matematika di sekolah melalui pengembangan
dan pembaharuan kurikulum pembelajaran matematika.
Tujuan mata pelajaran matematika
dalam KTSP (2006:346) adalah sebagai berikut :
1.
Memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara luwes, akurat, efisien dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2.
Menggunakan penalaran pada pola
dan sifat, melakukan manipulasi metematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3.
Memecahkan masalah yang
meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4.
Mengomunikasikan gagasan dengan
symbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5.
Memiliki sikap menghargai
kegunaan metematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian,
dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Adapun hakikat pembelajaran
matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan
hubungan-hubungan serta symbol-simbol kemudian diterapkannya pada situasi
nyata.
F.2 Hakikat Motivasi Belajar Siswa
Motivasi
diturunkan dari kata “motif” maksudnya suatu keinginan untuk melakukan sesuatu.
Motivasi dalam hal itu adalah suatu persiapan untuk mengembangkan suatu motif.
Motivasi merupakan salah satu prasyarat yang amat penting dalam belajar.
Margon dalam Wasty (2006 : 203)
mengemukakan motivasi sebagai dorongan individu untuk menampilkan tingkah laku
yang diarahkan untuk mencapai tujuan.
Uno (2009 : 203) mengemukakan bahwa
hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa-siswa yang sedang belajar untuk menyadari perubahan tingkah laku.
Indicator motivasi belajar
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
(1)
Adanya
hasrat dan keinginan berhasil.
(2)
Adanya
dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
(3)
Adanya
harapan dan cita-cita masa depan.
(4)
Adanya penghargaan dalam
belajar.
(5)
Adanya
kegiatan yang menarik dalam belajar.
(6)
Adanya
keinginan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat
belajar dengan baik.
F.3. Hakikat
Pembelajaran Kooperatif
Model
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang akhir-akhir ini
sangat popular. Beberapa ahli mengatakan pembelajaran kooperatuf tidak hanya
unggul membantu siswa memahami konsep-konsep yang sangat sulit, tetapi juga
membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama, berfikir kritis dan
mengembangkan sikap
Berdasarkan
hasil penelitian Thompson (Slavin, 1995) Pembelajaran kooperatif mempunyai
manfaat antara lain:
1.
Meningkatkan
pencurahan waktu pada tugas.
2.
Meningktakan rasa harga diri.
3.
Memperbaiki sikap terhadap mata
pelajaran, guru, dan sekolah.
4.
Memperbaiki kehadiran.
5.
Saling
memahami adanya perbedaan individu.
6.
Mengurangi konflik pribadi.
7.
Mengurangi sikap apatis.
8.
Memperdalam pemahaman.
9.
Meningkatkan motivasi.
10.
Meningkatkan hasil belajar.
11.
Memperbesar refensi.
Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki
tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan masalah tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama
dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai
jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran.
Menurut
Linda Lundgren (1994 : 5) Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif
adalah:
(1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa
mereka tenggelam atau berenang bersama.
(2)
Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam
kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari
suatu materi.
(3)
Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang
sama.
(4) Para siswa harus membagi tugas dan berbagi
tanggung jawab sama besarnya diantara para anggota kelompok.
(5) Para siswa akan diberikan satu evaluasi
seluruh anggota kelompok.
(6)
Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan
bekerjasama selama belajar.
(7)
Para siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi
yang ditangai dalam kelompok kooperatif.
Berikutnya Linda Ludgren (1994 : 6)
menyatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki
banyak dampak yang amat positif untuk siswa yang rendah hasil bbelajarnya.
F.4. JIGSAW
Jigsaw telah dikembangkan dan di
ujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas , lalu dipakai oleh Slavin dan rekannya
di Universitas John Hopkins.
Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi
dengan 5 atau 6 anggota kelompok belajar heterogen. Materi pembelajaran
diberikan kepada siswa dalam bentuk teks dan srtiap siswa mempunyai tanggung
jawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan itu.
R.I.Arends (1997) dalam model jigsaw,
setiap anggota yang ditugaskan kepadanya lalu mengajarkan bagian tersebut
kepada anggota kemompoknya yang lain.
G. Metodelogi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian eksperimen semu. Sample penelitian diperoleh dengan Cluster Ramdom
Sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan
angket motivasi belajar siswa, kajian dokumen sekolah dan tes hasil belajar
matematika.
Daftar Pustaka
Abdurrahman, Mulyo, 2003.
Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Uno, Hamzah B, 2009. Model
Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Uno, Hamzah B, 2009. Teori
Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara
Depdiknas, 2003. Model
Pembelajaran Matematikan Dengan Pendekatan Kooperatif.
Di akses : 2 Oktober 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar