ONTOLOGI
Pengertian
Ontologi
Ontologi merupakan
salah satu di antara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Dalam
persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimankah kita menerangkan
hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua
macam kenyataan. Yang pertama, kenyataan yang berupa materi (kebenaran) dan
kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan).
Pembahasan tentang
ontologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab “apa” yang menurut
aristoteles merupakan The First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi
benda.
Kata ontologi
berasal dari perkataan Yunani : On = being, dan Logos = logic. Jadi ontologi
adalah The theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan). Noeng Muhadjir dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan, ontologi
membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran
semesta universal.
1. Menurut bahasa,
ontologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu On/Ontos = ada, dan Logos =
ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
2. Menurut istilah,
ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan
ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.
Di dalam pemahaman
ontologi dapat diketemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran sebagai berikut
:
1. Monoisme
Paham ini mengangggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh
kenyataan itu hnayalah satu saja, tidak mungkin dua.
a.
Materialisme
Aliran ini menganggap
bahwa sumber yang asal itu adalah materi bukan rohani.
b.
Idealisme
Sebagai lawan materialisme adalah aliran idealisme yang dinamakan
juga spiritualisme. Idealisme berarti serba cita, sedang spiritualisme berarti
serba ruh.
2. Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat
sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh,
jasad dan spirit.
3. Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan.
4. Nihilisme
Nihilisme berasal dari Bahasa Latin yang berarti nothing atau
tidak ada. Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang
positif.
5. Agnostisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat
benda.
Ontologi Matematika
Ontologi adalah
teori mengenai apa yang ada. Ontologi mempersoalkan cakupan dari pernyataan
matematika (suatu dunia yang nyata atau bukan). Dalam geometri dikenal aksioma
melalui 2 buah titik dapat ditarik sebuah garis lurus, tetapi dalam dunia
pengalaman manusia tidak pernah dapat dijumpai titik dan garis dalam arti
secara harafiah.
Namun, pandangan
realisme empirik menjawab bahwa cakupan merupakan suatu realitas. Eksistensi
dari entitas-entitas matematika juga menjadi bahan pemikiran filsafat. Suatu
hal lagi yang merupakan problem yang juga berhubungan ialah apakah matematika
ditemukan oleh manusia atau diciptakan oleh budinya. Pendapat yang menganggap
matematika sebagai suatu penemuan mengandung arti bahwa aksioma-aksioma
matematika merupakan kebenaran mesti yang sudah ada lebih dulu di luar pengaruh
manusia.
Jadi, matematika ditinjau dari aspek ontologi, dimana aspek ontologi telah menggaris bawahi bahwa pandangan ini mengkaji bagaimana mencari inti yang cermat dari setiap kenyataan yang ditemukan, membahas apa yang kita ingin ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental. Dari pandangan tersebut maka kami mempunyai pendapat bahwa matematika bertujuan untuk mengurangi ketidakpastian dalam bahasa verbal. Dalam operasionalnya matematika merupakan rangkaian simbol atau lambang yang fungsinya dikembalikan pemaknaan yang diberikan padanya. Matematika berperan sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat dan terbebas dari emosi. Matematika juga merupakan alat komunikasi ilmiah dalam ilmu pengetahuan. Dengan matematika kita diajarkan berpikir logis sistematis, matematika adalah lambang kedewasaan logika dan logika adalah masa kecil matematika. Matematika berusaha menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal
Jadi, matematika ditinjau dari aspek ontologi, dimana aspek ontologi telah menggaris bawahi bahwa pandangan ini mengkaji bagaimana mencari inti yang cermat dari setiap kenyataan yang ditemukan, membahas apa yang kita ingin ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental. Dari pandangan tersebut maka kami mempunyai pendapat bahwa matematika bertujuan untuk mengurangi ketidakpastian dalam bahasa verbal. Dalam operasionalnya matematika merupakan rangkaian simbol atau lambang yang fungsinya dikembalikan pemaknaan yang diberikan padanya. Matematika berperan sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat dan terbebas dari emosi. Matematika juga merupakan alat komunikasi ilmiah dalam ilmu pengetahuan. Dengan matematika kita diajarkan berpikir logis sistematis, matematika adalah lambang kedewasaan logika dan logika adalah masa kecil matematika. Matematika berusaha menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal
.
Ontologi dalam struktur Ilmu, Posisi dan Peran Pentingnya
Ontologi menempati
posisi yang demikian pentingnya karena ia menempati posisi landasan yang
terdasar dari fondasi ilmu dimana disitulah terletak “Undang-Undang Dasarnya”
dunia ilmu.
Fenomena ilmu
adalah bagaikan fenomena gunung es di tengah lautan, dimana yang nampak oleh
panca indera kita hanyalah sebuah kerucut biasa yang tidak begitu besar namun
jika kita selami ke dalamnya maka akan tampak fenomena lain yang luar biasa
dimana ternyata kerucut yang terlihat biasa itu merupakan puncak dari sebuah
gunung yang dasarnya jauh di dalam lautan
Begitulah dunia
ilmu, ilmu yang terlihat oleh kita dan yang ada dalam benak kita ternyata
hanyalah permukaan (terapan) saja dari sebuah dunia yang begitu luas yaitu
dunia paradigma atau dunia landasan ilmu. Ya, ilmu yang kita nikmati saat ini.
Ontologi sebagai
landasan terdasar dari ilmu adalah dunia yang jarang dikaji karena
keberadaannya yang nyaris tak terlintas di benak sebagian besar para pengguna
ilmu. Pada lapisan ontologilah diletakkannya “undang-undang dasar” dunia ilmu
oleh para pendiri sains modern pada masa Renaisans yang merupakan penentu dari
“hendak dibentuk seperti apakah ilmu yang akan dibangun ini”, “ke tujuan
manakah ilmu in diarahkan” dalam konteks sebagai alat untuk membangun peradaban
maka “peradaban seperti apakah yang ingin diwujudkan” dan “sebenarnya sedang
menuju ke arah manakah kita (ummat manusia) dengan menunggang sains modern saat
ini.
REFERENSI
Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, ctk. Pertama. PT. Bumi Aksara:
Jakarta.
---------.2009. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, ctk. Keempat. PT. Bumi Aksara: Jakarta
Suriasumantri,
Jujun. S, 1998. filsafat ilmu,
Pustaka Sinar Harapan: Jakarta
ONTOLOGI
Pengertian
Ontologi
Ontologi merupakan
salah satu di antara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Dalam
persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimankah kita menerangkan
hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua
macam kenyataan. Yang pertama, kenyataan yang berupa materi (kebenaran) dan
kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan).
Pembahasan tentang
ontologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab “apa” yang menurut
aristoteles merupakan The First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi
benda.
Kata ontologi
berasal dari perkataan Yunani : On = being, dan Logos = logic. Jadi ontologi
adalah The theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan). Noeng Muhadjir dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan, ontologi
membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran
semesta universal.
1. Menurut bahasa,
ontologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu On/Ontos = ada, dan Logos =
ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
2. Menurut istilah,
ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan
ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.
Di dalam pemahaman
ontologi dapat diketemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran sebagai berikut
:
1. Monoisme
Paham ini mengangggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh
kenyataan itu hnayalah satu saja, tidak mungkin dua.
a.
Materialisme
Aliran ini menganggap
bahwa sumber yang asal itu adalah materi bukan rohani.
b.
Idealisme
Sebagai lawan materialisme adalah aliran idealisme yang dinamakan
juga spiritualisme. Idealisme berarti serba cita, sedang spiritualisme berarti
serba ruh.
2. Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat
sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh,
jasad dan spirit.
3. Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan.
4. Nihilisme
Nihilisme berasal dari Bahasa Latin yang berarti nothing atau
tidak ada. Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang
positif.
5. Agnostisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat
benda.
Ontologi Matematika
Ontologi adalah
teori mengenai apa yang ada. Ontologi mempersoalkan cakupan dari pernyataan
matematika (suatu dunia yang nyata atau bukan). Dalam geometri dikenal aksioma
melalui 2 buah titik dapat ditarik sebuah garis lurus, tetapi dalam dunia
pengalaman manusia tidak pernah dapat dijumpai titik dan garis dalam arti
secara harafiah.
Namun, pandangan
realisme empirik menjawab bahwa cakupan merupakan suatu realitas. Eksistensi
dari entitas-entitas matematika juga menjadi bahan pemikiran filsafat. Suatu
hal lagi yang merupakan problem yang juga berhubungan ialah apakah matematika
ditemukan oleh manusia atau diciptakan oleh budinya. Pendapat yang menganggap
matematika sebagai suatu penemuan mengandung arti bahwa aksioma-aksioma
matematika merupakan kebenaran mesti yang sudah ada lebih dulu di luar pengaruh
manusia.
Jadi, matematika ditinjau dari aspek ontologi, dimana aspek ontologi telah menggaris bawahi bahwa pandangan ini mengkaji bagaimana mencari inti yang cermat dari setiap kenyataan yang ditemukan, membahas apa yang kita ingin ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental. Dari pandangan tersebut maka kami mempunyai pendapat bahwa matematika bertujuan untuk mengurangi ketidakpastian dalam bahasa verbal. Dalam operasionalnya matematika merupakan rangkaian simbol atau lambang yang fungsinya dikembalikan pemaknaan yang diberikan padanya. Matematika berperan sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat dan terbebas dari emosi. Matematika juga merupakan alat komunikasi ilmiah dalam ilmu pengetahuan. Dengan matematika kita diajarkan berpikir logis sistematis, matematika adalah lambang kedewasaan logika dan logika adalah masa kecil matematika. Matematika berusaha menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal
Jadi, matematika ditinjau dari aspek ontologi, dimana aspek ontologi telah menggaris bawahi bahwa pandangan ini mengkaji bagaimana mencari inti yang cermat dari setiap kenyataan yang ditemukan, membahas apa yang kita ingin ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental. Dari pandangan tersebut maka kami mempunyai pendapat bahwa matematika bertujuan untuk mengurangi ketidakpastian dalam bahasa verbal. Dalam operasionalnya matematika merupakan rangkaian simbol atau lambang yang fungsinya dikembalikan pemaknaan yang diberikan padanya. Matematika berperan sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat dan terbebas dari emosi. Matematika juga merupakan alat komunikasi ilmiah dalam ilmu pengetahuan. Dengan matematika kita diajarkan berpikir logis sistematis, matematika adalah lambang kedewasaan logika dan logika adalah masa kecil matematika. Matematika berusaha menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal
.
Ontologi dalam struktur Ilmu, Posisi dan Peran Pentingnya
Ontologi menempati
posisi yang demikian pentingnya karena ia menempati posisi landasan yang
terdasar dari fondasi ilmu dimana disitulah terletak “Undang-Undang Dasarnya”
dunia ilmu.
Fenomena ilmu
adalah bagaikan fenomena gunung es di tengah lautan, dimana yang nampak oleh
panca indera kita hanyalah sebuah kerucut biasa yang tidak begitu besar namun
jika kita selami ke dalamnya maka akan tampak fenomena lain yang luar biasa
dimana ternyata kerucut yang terlihat biasa itu merupakan puncak dari sebuah
gunung yang dasarnya jauh di dalam lautan
Begitulah dunia
ilmu, ilmu yang terlihat oleh kita dan yang ada dalam benak kita ternyata
hanyalah permukaan (terapan) saja dari sebuah dunia yang begitu luas yaitu
dunia paradigma atau dunia landasan ilmu. Ya, ilmu yang kita nikmati saat ini.
Ontologi sebagai
landasan terdasar dari ilmu adalah dunia yang jarang dikaji karena
keberadaannya yang nyaris tak terlintas di benak sebagian besar para pengguna
ilmu. Pada lapisan ontologilah diletakkannya “undang-undang dasar” dunia ilmu
oleh para pendiri sains modern pada masa Renaisans yang merupakan penentu dari
“hendak dibentuk seperti apakah ilmu yang akan dibangun ini”, “ke tujuan
manakah ilmu in diarahkan” dalam konteks sebagai alat untuk membangun peradaban
maka “peradaban seperti apakah yang ingin diwujudkan” dan “sebenarnya sedang
menuju ke arah manakah kita (ummat manusia) dengan menunggang sains modern saat
ini.
REFERENSI
Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, ctk. Pertama. PT. Bumi Aksara:
Jakarta.
---------.2009. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, ctk. Keempat. PT. Bumi Aksara: Jakarta
Suriasumantri,
Jujun. S, 1998. filsafat ilmu,
Pustaka Sinar Harapan: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar